10 May 2014

Galau Much?

Ngga, ngga, ngga, ngga. Gue ngga lagi galau kok. Don't misunderstand my last blogpost. Itu hanya sebuah bentuk curahan yang..... tiba-tiba datang dan ingin gue tulis. Alhamdulillah bangeeet, hati gue saat ini sedang tentram menunggu siapapun yang akan datang. #ea. Gue tidak memaksakan kehendak. Gue lagi tawakal. I let my heart feels what it feels.










Mau tahu nggak? 

Sebaik-baiknya kisah cinta anak manusia, adalah kisah cinta Ali dan Fatimah. Cinta dalam diam. Cinta yang selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, maupun ekspresi. Cinta yang ditutup rapat-rapat sebelum saatnya tepat. Cinta yang rela tidak mengikuti hawa nafsu demi menjaga orang yang dicintai. Cinta yang memasrahkan dirinya dalam kerinduan yang bisa saja membludak. Cinta yang tulus, suci, dan dirindu surga.

Subhanallah.

Kisah Ali-Fatimah memang bukan satu-satunya kisah yang bisa bikin gue meneteskan air mata. But their story is definitely my favorite one. Kisah cinta paling inspiratif.

Bayangin coba, Ali dan Fatimah sudah menjadi sahabat karib sejak kecil dan mereka bisa menyimpan perasaannya rapat-rapat hingga setan saja sampai tidak tahu. Ali sebenarnya sudah menyimpan perasaan kepada Fatimah sejak lama. Fatimah pun begitu. Tapi dua-duanya saling nggak tahu...

Sebenernya Fatimah sempet dilamar sama dua orang yang bukan main hebatnya. Ya, Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Tapi emang bener ya, if it's meant to be, then it will be. Fatimah pun menolak lamaran keduanya. Emang dasar jodohnya Ali, maka jadilah Ali suaminya Fatimah. Padahal Ali ngelamarnya cuma pakai baju besi. Subhanallah.

Ada riwayat yang bikin nggak kuku kalau baca kisahnya.
Ketika keduanya sudah menikah, diriwayatkan Fatimah berkata kepada Ali, "Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya". Ali kemudian bertanya mengapa Fatimah tetap mau menikah dengannya. Fatimah pun menjawab, "Pemuda itu adalah dirimu".
MONANG nggak?
PARAH. Unyu maksimum lah. :')

Ternyata pergombalan memang sudah terjadi sejak zaman Nabi ya.

Nah, kesimpulannya apa? Kesimpulannya adalah sebisa mungkin jadikan Ali-Fatimah sebagai tauladan #selfnote #selfreminder. Jangan sampai kegalauan meracuni kita. Karena percayalah, if it's meant to be, it will be. Gue tahu nih, teman-teman gue sebangsa dan setanah air pasti lagi ketawa-ketawa ngebaca blogpost gue yang sok Islami banget ini. Wkwkwkwkwkwk ini bukan pencitraan teman-teman. I'm sharing my new point of view.

Kalo lagi galau, ya wudhu.
Abis itu solat.
Abis itu doa. Curhat deh sama Allah.
Dilengkapi baca Qur'an juga boleh.
Paling pol sih sepertiga malem.

Kemudian rasakan sensasinya.

Abis itu kalau mau dituangkan ke tulisan juga sah-sah aja, hahahaha.

Intinya kalau lagi galau, mintanya sama Allah. Bukan sama orang yang lagi digalauin. Toh yang mengatur manusia itu Allah. Yang memiliki kuasa atas hati anak manusia juga Allah. Percaya aja sama Allah. Karena cuma Allah tempat kita mengadu dan meminta. Allah pasti mendengar. Allah pasti mengabulkan (dengan tiga kemungkinan). Just believe in your Allah.

Oh iya, ada pesan moral dari kisah Ali-Fatimah:

"If you want an Ali, you gotta be a Fatimah".

*PPM memang mengubah gue dari segi sudut pandang. Alhamdulillahirobbilalamin, alhamdulillahi jaza kumullohu khoiro, teman-teman.

No comments:

Post a Comment