29 January 2014

19, A Road To Be Older

Gue sebenarnya bukan orang yang merayakan ulang tahun. Gue juga tidak menganggap ulang tahun adalah hal yang spesial. Dalam Islam juga kan nggak ada yang namanya ulang tahun. Lagian harusnya kita merenung pada hari di mana beberapa tahun yang lalu itu kita dilahirkan. Itu artinya sudah 1 tahun waktu yang Allah berikan untuk kita hidup di dunia habis. Sebenernya pandangan ini baru bener-bener gue pahami pas kuliah ini. Di tanggal 28 Januari yang ke-19 ini gue tidak mengharapkan diperlakukan spesial. At all. Didoain aja udah spesial banget buat gue.

Cuma ya, gue menganggap hari ulang tahun itu sebagai penanda aja. Kalau gue sudah sekian tahun ada di dunia. Kalaupun diperlakukan spesial pada tanggal itu, ya gue senang. Pada tanggal itu kan kelihatan mana orang-orang yang perhatian sama kita. Ya, bukan berarti juga sih yang tidak mengucapkan apapun pada tanggal itu nggak perhatian. Tapi kan yang mengucapkan dan mendoakan pasti perhatian.

19. Sembilan belas.
Gila, gue udah 19 tahun aja ya.
Kayanya baru kemarin gue masuk SMA.
Sekarang udah 19 tahun aja, udah mau semester 2 kuliah.

Gerbang kedewasaan, kalau kata orang-orang.
Nah, di umur yang ke-19 ini, sebenarnya seperti apa sih Dea ini?
Who am I now?

Gue saat ini adalah mahasiswi Universitas Indonesia jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer 2013.


Gedung Fasilkom UI
Credit to www.cs.ui.ac.id
Terakhir gue banyak cerita tentang diri gue dan keseharian gue (secara frontal pula) waktu SMP. Well, it's been 4 years, ya... Nggak kerasa. Setelah lulus dari SMPN 19 Jakarta, gue melanjutkan pendidikan di SMAN 8 Jakarta. Dulu gue tidak pernah membayangkan akan sekolah di SMA ini. Biasanya kan anak 19 nerusinnya ke 70. Ya, dulu gue juga kepikirannya masuk SMAN 70. Tapi semenjak deket sama Farah El Qadriani (my chairmate selama kelas 9), gue jadi merubah haluan deh ke SMAN 8 Jakarta. Soalnya si Farah ini obsessed banget masuk 8, gara-gara abangnya di 8.


Bersama SBI Classes 19 2010
Alhamdulillah gue diterima di SMAN 8 Jakarta melalui tes RSBI.


Diambil saat hari terakhir kegiatan belajar mengajar. 2013.
Nah, di SMA ini gue banyak dapat banyak pengalaman berharga. Salah satunya adalah dengan ngekost. Gue ngekost di kost-an Bu Otang. Kost-an yang persis di seberang gerbang belakang sekolah, yang nomor 15.


Bersama seluruh Kotangers dan Ibu Otang tercinta<3
Di sinilah gue bertemu dengan orang-orang ini.


Kotangers 2013
They're precious for me.

Mereka inilah yang banyak mewarnai kehidupan gue. Susah, seneng, sedih, dilalui bersama mereka. Tiga tahun tinggal satu atap membuat kita sudah seperti saudara. Mereka bukan lagi sekedar teman SMA buat gue. It's much more than that.

SMA benar-benar menjadi masa yang....... Wow buat gue. Karena sekolahnya amat study-oriented, gue jadi pontang-panting. Waduh, nggak ada tuh yang namanya tidur nyenyak setiap tes formatif (ulangan harian) atau tes sumatif (UAS). Bahkan, sekarang ketika gue sudah kuliah, gue merasakan SMA lebih berat dibandingkan kuliah.

Sekarang gue setiap UAS atau UTS masih bisa tidur nyenyak. Dulu, waktu SMA.... Beuuuuh, soal-soal ulangan aja sampai kebawa mimpi, saking nggak tenang tidurnya. Eits, tapi sekolah di 8 nggak seneraka itu sih, hahahahaha. Walaupun study-oriented sehingga menuntut anak-anaknya untuk belajar lebih keras, 8 tetap fun. Jangan jadikan tuntutan untuk belajar itu sebagai beban, tetapi jadikan sebagai kebutuhan. Mungkin karena telah menjadikan belajar sebagai kebutuhan, gue sekarang tidak merasakan kesulitan ketika kuliah. Bahkan kuliah terasa lebih ringan ketimbang SMA, hehehehe.

Oh iya, SMA ini gue jadi lebih banyak punya kenalan. Dulu, waktu SMP, gue bisa dibilang ansos. Soalnya gue merupakan murid kelas SBI (international class gitu deh, yang cuma ada dua seangkatan) yang amat sangat kompak, dan memiliki dunia sendiri. Pas SMA, baru deh gue masuk kelas reguler. Kelas yang dirolling antara 9 kelas.


XG
XI IPA D
XII IPA H
Media Siswa XXIV
Singkat cerita, akhirnya gue masuk UI deh. My dream university dari SD..... Surreal banget ih. Dulu waktu SD gue nggak tahu mau jadi apa. Yang gue tau, pokoknya gue jadi mahasiswa UI. Titik. Dan alhamdulillah apa yang gue cita-citakan selama ini tercapai.


Penerimaan Mahasiswa Baru Fasilkom UI 2013
Bersama Fasilkom UI 2013
Dulu gue waktu kelas 3 sebenernya pengen masuk Teknik Industri. Setiap ujian masuk universitas, gue selalu memasukkan Teknik Industri sebagai pilihan pertama. Tapi Allah membelokkan jalur gue. Ternyata gue masuk Sistem Informasi, pilihan kedua gue di tiap ujian. Dan satu semester gue kuliah di jurusan ini... Gue sama sekali tidak menyesal! I enjoy it a lot! Gue malah bersyukur nggak jadi masuk teknik. Allah has better plans, indeed.

Oh iya, sekarang gue asrama di place you've never imagined. Bukan di asrama mahasiswa UI. I got sooooo maaaaaaaaaaaaaany lessons here. Terutama tentang agama. :-)
Benar-benar suatu anugerah bisa bertemu dengan orang-orang ini.



Nah, sekarang tinggal menjalankan resolusi gue ketika sudah menjadi anak kuliahan. Semoga apa yang gue cita-citakan selama ini bisa gue wujudkan. Amiiiiin..

Ya ampun, gue bukan lagi anak kecil....
Time flies so fast, ya.
Things change, people change.
The only constant thing in this life is the change itself.

22 January 2014

Blogging

Barusan gue baca blog gue jaman dulu. Dan… HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA nggak berhenti ketawa. Ya ampun, blog itu benar-benar penuh dengan perjalanan kisah hidup gue sewaktu SMP. Isinya malu-maluin. Nggak jelas. SMP banget lah pokoknya. Dulu gue rajin bangeeet nulis blog. Karena gue senang mengkoleksi memori, gue amat bersyukur pas SMP rajin nulis blog (walaupun isinya sampah wkwkwk). Sekarang jadi bisa buat ketawa-ketawa dan mengingat masa lalu. Duh, tapi gue dulu kok frontal banget ya. Apa-apa gue tulis di blog.

Gue baca blog gue sendiri jadi ilfeel deh sama diri gue sendiri. Hahahahahaha. Haduh, Ya Allah, itu tulisannya bener-bener frontal dan memalukan. Fail banget ngelawaknya, nulisnya banyak banget yang pake kapital, banyak broken English-nya pula. Blog itu kayanya salah satu kunci yang bisa mengupas habis rahasia seorang Azadya. Gue bener-bener frontal di situ. Sekarang mau diedit atau didelete, males ngurusinnya. Jadi biarin aja deh. Kalaupun ada rahasia yang terbongkar, ya udah deh, rahasia jaman dulu ini. Walaupun sebenernya malu-maluin, huhuhuhuhu.

Sejujurnya gue pengen banget rajin nulis blog kaya jaman SMP dulu. Tapi sekarang hidup kok sibuk amat ya. Baru sadar dulu gue SMP segabut itu…. Hahahaha.

Gue nyesel semenjak SMA gue jadi jarang nulis blog. Kesibukan sudah terlalu menyita waktu gue. Gue pengen bangeeet sebenernya ngisi blog ini dengan tulisan-tulisan gue. Walaupun nggak ada yang baca, pengen aja gitu buat kepuasan batin. Tapi apa mau dikata, hidup terlalu busy. Atau sok busy? Hahahaha. Dulu SMA sudah cukup sibuk, sekarang kuliah makin sibuk aja, huhu. Pengen banget menuangkan segala pikiran ke dalam blog ini. Tapi kok susah banget ya nyempet-nyempetinnya.

Sebenernya gue udah lupa kalau gue punya blog. Tapi kegabutan liburan semester ini mengingatkan gue pada blog ini. Begitu membacanya, gue jadi nyeseeeel banget, "Kok isinya kopong ya,". Akhirnya selama liburan sebulan ini gue banyak menulis apa yang sudah gue lalui selama satu tahun terakhir ini. Baru deh, gue post dengan mensetting waktunya sesuai dengan waktu terjadinya. Tapi tetep aja gue masih belum puas. Terlalu banyak hal yang gue missed.. Seperti momen-momen ketika intensif Inten. Wuih, it was a hard time, man! Benar-benar perjuangan yang melelahkan, rentan terhadap titik kejenuhan. Atau seperti ketika jatuh cinta dan patah hati. Hahahahahaha, psssst akhirnya gue merasakan seperti apa jatuh cinta dan patah hati, ea.

I don't want to miss momen-momen berharga lagi. Semoga deh, gue bisa merealisasikan keinginan gue untuk rutin menuangkan pengalaman dan pikiran gue di blog ini. See you soon, bloggie.

20 January 2014

Bunglon





Manusia itu ternyata… Bagaikan bunglon.

Bunglon, kalau kata kamus sih, adalah kadal yang hidup di pohon, dapat bertukar warna menurut tempatnya. Menangkap dari definisi tersebut, manusia sebelas dua belas lah ya sama bunglon. Kenapa gue katakan seperti itu? Karena sama seperti bunglon, manusia memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi dalam mengubah warna ‘kulit’nya. Let’s just say, kulit bagi bunglon adalah pakaian bagi manusia (humans can not change their skin like bunglon lol). Entah ya, bunglon mengubah warna kulitnya under conscious or not, but most of humans do this unconsciously. Terkecuali yang memang memiliki banyak warna ‘pakaian’ ya, hehehe.

Pakaian, dalam tanda kutip, yang gue maksud adalah sesuatu yang membungkus manusia yang memberikan bentuk pada manusia itu. Nah, ‘pakaian’ tersebut merupakan kombinasi antara perilaku, sudut pandang, cara berpikir, dan sebagainya. Hngggg…….. Maaf ya agak sotoy, hahaha.

Sebenarnya kesimpulan kalau manusia dan bunglon are similar itu gue dapatkan dari pengalaman hidup gue sendiri. Exactly-nya sih terinspirasi sama ucapan seorang teman yang waktu itu lagi berdiskusi tentang cara berpakaian muslimah yang benar. Sama seperti gue, dia memakai kerudung. Kalau dalam aturan Islam, pakaian muslimah itu tidak ketat dan menerawang. Sebenernya masih banyak sih, tapi waktu itu kita lagi concern sama baju ketat. Dia bilang kalau, “Gue kalau lagi ngaji yah pakai baju yang besar-besar. Tapi gue nggak janji kalau lagi ke kampus atau ke mana gitu. Kan mau ngikutin fashion, De”. Kemudian dia melanjutkan, “Manusia tuh kaya bunglon, tau. Kalau lagi di sini ya ngikutin ‘aturan’ sini. Kalau lagi di sana ya ngikutin ‘aturan’ sana”. And I was like, “Iya ya bener juga”.

Kemudian setelah mendengar perkataan dia, gue merasakan sendiri kalau kita, manusia, sebelas dua belas sama bunglon. Nggak hanya sekedar pakaian secara literal yang selalu menyesuaikan, tetapi pakaian dengan tanda kutip tadi, juga ikut menyesuaikan. Ada banyak sisi yang membuat ‘pakaian’ kita berbeda-beda di tiap lingkungannya. Dari mulai perilaku, sudut pandang, cara berpikir, sampai itu tadi, cara berpakaian itu sendiri. Well, apa yang gue bahas nanti nggak akan jauh-jauh dari kata pepatah, “Bergaul dengan tukang minyak wangi, maka kau akan terkena harumnya. Bergaul dengan tukang abu arang, maka kau akan terkena hitamnya”. Itu sih sebenernya kesimpulan dari pembahasan gue nanti.

Alhamdulillah gue diberkahi dengan keberadaan teman-teman yang datang dengan berbagai latar belakang. Teman-teman ini gue dapatkan dari lingkungan yang berbeda-beda. I’m glad that gue ternyata selama ini hidup di lingkungan yang cukup beragam sehingga mendapatkan pengalaman yang cukup beragam. Tapi alhamdulillah gue selalu mengambil positifnya (and mostly are positives).

Tanpa menyebutkan nama dan lingkungannya gue mungkin bisa berbagi pengalaman tentang apa yang gue dapatkan selama berteman dengan teman-teman yang amazing, tapi tidak secara gamblang.

Ada lingkungan yang membuat gue belajar menjadi seorang muslimah yang sempurna. Di sini gue mendapatkan teman-teman yang memiliki pemahaman agama yang dalam, sehingga gue banyaaaaak sekali belajar dari mereka. Berteman dengan mereka membuat gue sadar akan banyaknya kekurangan gue selama ini (dari sisi agama). Tekad untuk menjadi muslimah yang sesungguhnya menjadi amat besar. Selalu ada keinginan untuk menancapkan kepahaman agama lebih dalam setiap harinya. Terdapat kedamaian yang indah yang gue rasakan dari mereka. Tapi, ada kalanya gue merasa gue tidak bisa bebas menjadi diri gue yang sebenarnya. Apa ya maksudnya, suka kadang terbebani gitu kalau gue ini masih belum sepaham seperti mereka. Ada sebagian teman yang memang nggak cocok sama gue karena masih ada hal nyeleneh yang melekat pada diri gue. Tapi ada sih sebagian yang sama nyelenehnya kaya gue, makanya cocok. Pokoknya di sini gue menjadi orang yang religius deh. Ketika bergaul dengan mereka, Dea adalah seseorang dengan tingkat religius yang cukup tinggi, melihat berbagai macam hal dari sudut pandang agama.

Berpindah lingkungan, pada lingkungan ini gue bisa mengekspresikan diri gue dengan sebenar-benarnya. Kalau dibilang paling nyaman, ya di sini tempatnya. Bersama teman-teman yang udah tau seberapa cepatnya gue mandi atau jadwal buang air besar gue. Menjadi diri sendiri, ya bersama mereka ini. Otak hemat/irit yang gue miliki ya keluaran mereka-mereka ini. Pokoknya kita punya kecocokan yang nggak ada duanya. Mulai dari otak hemat, selera humor, tingkat kegalauan, akademis, bercandaan, omongan berat, gosip, sampai norak-noraknya, hampir semuanya cocok. Pokoknya gue bisa menjadi diri gue sendiri tanpa harus ngumpet-ngumpetin diri gue yang sesungguhnya dari mereka. Sampai-sampai gue sering banget jadi bahan pembully-an. Ketika bergaul dengan mereka, Dea adalah seseorang yang sederhana dan apa adanya.

Berpindah lingkungan, pada lingkungan ini gue menjadi sosok yang lebih dewasa. Bersamaan dengan itu, tingkat kegilaan bisa dibilang meningkat. Pokoknya temen-temen gue di sini jenisnya lebih beragam, nggak seragaman. Here, setiap orang punya peran masing-masing. Peran gue di sini, lebih ke sosok yang dewasa. Tapi karena ada temen gue yang gila, jadi gue suka ikut-ikutan gila. Pokoknya gue banyak belajar kegilaan dari dia deh. Banyak seru-seruannya kalau sama mereka. Well, tingkat kehedonan bisa meningkat sih ketika bersama mereka. Otak hemat yang sebenernya tertanam di gue harus dikendorkan. Nggak bisa deh, menilai sesuatu hanya dari sudut pandang agama. Ketika bergaul dengan mereka, Dea adalah seseorang yang having fun, and fun, and fuuuuuun!

Berpindah lingkungan, pada lingkungan ini……. Full of gosips! Mau nggak didrama-dramain, tapi menurut gue hidup kita drama. Hahahaha ngomong apaansih. Setiap orang di sini punya ciri khas yang berbeda-beda. Gue masih susah menilainya in general. Intinya, ketika bersama mereka, insting ngegosip gue jadi besaaaaar sekali, karena mostly kerjaan kita ya ngegosip. Hahahaha, tapi nggak selalu lah ya. Ketika bergaul dengan mereka, Dea adalah seseorang yang lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Itu sih sebagian yang bisa gue bagikan. Intinya gaya ‘pakaian’ gue secara nggak sadar menyesuaikan dengan lingkungannya. Nggak tau ya, ini terjadi pada diri gue doang atau bagaimana. Yang selama ini gue rasakan sih, ya itu…. Kita memakai ‘pakaian’ yang berbeda pada tiap lingkungannya, tetapi bukan berarti diri kita adalah diri yang berbeda. Misalkan, simple-nya begini, ketika gue sedang bersama teman-teman yang religius, gue jadi tergerak oleh mereka untuk solat lima waktu pada awal-awal waktu solat. Gue sendiri memang sadar akan kewajiban solat. Jadi gue bersyukur sekali bisa diajak menunaikan solat, bukan guenya yang narik-narik orang buat, “Ayok, solat!”. But when I’m with not-so-religious friends, gue jadi ikut-ikutan menomorduakan solat karena kebawa suasana. Pada akhirnya gue yang ngajak, “Ayok, solat!”.


Haduh, pikiran manusia tuh ribet ya. Kaya pikiran gue ini. Sulit banget dituangkan dalam tulisan. Emang suka ada-ada aja yang melintas kalau lagi bengong di bis atau di toilet. Seperti pemikiran pada entry ini. Ya intinya sih begini; manusia kan pintar, dia bisa menyesuaikan dirinya di lingkungan yang berbeda-beda. Tetapi jangan sampai hal ini membuat kita tidak tahu, mana warna diri kita yang sesungguhnya. Intinya punya prinsip. Udah, gitu ajah. Hahaha maaf ya kalo nggak jelas. Have a good day, people!


Image credit to fotohewan.blogspot.com

3 January 2014

Bocah-bocah

Gue punya tiga keponakan. Lucu-lucu banget! Hihihihihi. Gue tidak pernah membayangkan bakalan punya adik, karena Mama umurnya udah nggak muda lagi. Well, ternyata sekarang gue punya 3 going on 4, hehehe. Yup, mereka gue anggap sebagai adik, meskipun mereka memanggil gue “Tante”. OMG, tua banget ya gue.

Sebenernya gue itu bukan penyuka anak kecil. Sampai detik ini sih, masih bukan. I mean, gue bukan tipikal cewek yang kalo ada anak kecil tuh langsung sok imut, bilang, “Iiiiiih lucu. Sini, aku gendong!”. Ugh, no. Mungkin kalau untuk bilang, “Iiiih lucuu!”, well, kalau emang anaknya lucu, ya gue akan bilang begitu. Tapi udah, stop di situ. Nggak pakai, “Sini aku gendong!”, atau “Yuk, main sama aku!”, atau “Kamu sukanya makan apa?”. Kalau nggak necessary, I tend to be Dea yang cuek aja sama anak kecil.

Tapi, semua itu nggak berlaku buat tiga keponakan gue. Karena gue emang sayang beneran, jadi nyebokin pun gue lakuin. Cuma karena basically gue bukan tipe cewek lemah lembut gitu, jadi ya….. Haahahahahaha, mereka kadang suka jahat sama gue. Yah, wajar sih, soalnya gue juga suka jahat, hahahaha tante macam apa.

Maka dari itu, gue menganggap mereka adik. Pun mereka sepertinya menganggap gue sebagai kakak, meskipun panggilannya, ehm, “Tante”. Sosok Tante itu biasanya baik, lemah lembut, penyayang, caring. Dan semua nggak suit sama gue. Belom, maksudnya! Kan nanti kalau udah punya anak, pasti beda. :3
Gue sering berantem sama mereka. Eh, tapi itu dulu sih, zaman-zaman gue masih SMA kelas 1 atau 2. Sekarang udah jarang. Faktor umur kali ya. Dulu, waktu zaman-zaman masih kurang akur, mereka peliiiiiiiiiiiiiit banget sama gue. Apalagi kalau urusan makanan, pantang deh. Alhamdulillah sih, sekarang udah nggak pernah berantem. Palingan gue suka bete, gara-gara dibilangin nggak nurut, terus jadinya gue jadi bahan pukul-pukulan.

Sebenernya yang daritadi gue omongin itu keponakan gue yang pertama dan kedua, Radit sama Biyu. Kalau yang terakhir si Zia, masih kecil. Radit itu anak pertama kakak gue yang pertama & suaminya, Mbak Kiki & Mas Browni. Biyu dan Zia itu anak kakak gue yang kedua & suaminya, Mbak Ami & Mas Tri.

Radit itu umurnya 6 mau 7. Sekarang sekolah di TK gue dulu, TK Pembina Nasional. Itu lho, TK yang dulu gue amat bangga-banggakan karena selain areanya luas, TK itu didirikan oleh Ibu Tien Soeharto. Radit ini kalau di rumah kadang dipanggilnya Didut. Dulu sebenernya gue minta dipanggil “Aunty” biar kesannya nggak ketuaan. Tapi karena dia manggil nenek dari bapaknya “Yangti” (yang mana pronounciation-nya mirip dengan “Aunty”), akhirnya gue dipanggil “Tante” deh.

Radit itu gambaran bapaknya, Mas Bron. They're both ga banyak bicara. But there's a big difference sih. Radit itu males solat sama ngaji!!!!! Kalo disuruh ngaji ngamuk-ngamuk kaya Hulk. Emang sih dia anaknya cepet marah... Kalo marah gitudeh, kaya Hulk. Tapi lucu kalo lagi marah terus digodain. Makanya gue suka goda-godain, walaupun nanti ujung-ujungnya dia nangis, terus gue dimarahim sama emaknya wkwkwkwkwk. Nah, jagain Radit itu enak. Anteng, gak neko-neko. Bisa diajak ngobrol lagi.... Gue suka banget ngobrol sama Radit kalo lagi nyambung diajak ngobrol. Radit pulang suka kalo diajak ngobrol tentang things he likes. Seperti Iron Man. Gila, dia hafal jalan cerita Iron Man 1 sampe yang ke-3!!!

Baru-baru ini Radit mengeluarkan statement yang lucu deh. 
"Mbak, tante Dea mana sih? Kok nggak pulang-pulang", him asking mbak yang jagain dia. "Kok merantaunya lama banget sih... Kapan kerjanya? Aku kan pengen minta duit kalo tante udah kerja". Ahahahaha and I'm like........ Okey, dear, three and half years from now yah, gaji pertama aku buat kamu! Oh iya, Radit ini kan kulitnya gelap. Dia kadang suka ngebandingin kulitnya dia sama orang lain. Karena mostly orang-orang lebih putih, mukanya suka sedih. Hihihihihihi lucu yah.

Tadaaaa, ini dia Muhammad Banyu Pramaditya alias Radit alias Didut.


Radit
Keponakan gue yang kedua namanya Rafif Abiyu Jamail Kusuma, biasa dipanggil Biyu.


Biyu
Biyu ini umurnya 4 tahun. Dua tahun lebih muda dibanding Radit. Radit sama Biyu sering main bareng, tapi sering juga berantem. Ya namanya juga bocah-bocah, laki lagi.
Biyu ini banyak tingkah, amat sangat aktif, ceriwis, komennya kaya orang gede, dan rusuuuuuuuuuuuuuh. Gue mendingan jagain lima orang Radit, daripada jagain satu orang Biyu. Rusuhnya Ya Allah minta ampun. Destroyer pula. Gue pernah marah sejadi-jadinya pas gelang gue dipatahin sama dia. Kalau dimarahin bukannya nangis, kadang suka marah-marah balik. Ngikutin gaya Popinya lagi, kalau lagi marah-marah. Jadi bikin gak jadi marah deh hahaha.

Biyu itu gede sebelum waktunya hahahahahaha. Dia sering sekali menirukan bicaranya orang dewasa. Terutama gaya bicara bokapnya yang pengacara. Kadang suka nyebelin tapi ngegemesin gitu. Kalau lagi kambuh biasanya ngomongnya pake 'saya', terus tangannya di pinggang atau nunjuk-nunjuk. Oh iya, Biyu itu gesit kalo liat cewe cantik! Dia pasti bilang ke Mominya, "Momi, tante yang itu cantik yah,". Liat cewe cantik dikit, matanya langsung nangkep. Waktu itu juga pernah gue kenalin sama temen gue. Terus pas lagi kenalan, dia malah bilang, "Kakaknya cantik yah,", on her face loh. Sepede itu. Bakat-bakat playboy sih kayanya sudah terlihat. Dia ini sadar kalo dia ganteng. Soalnya temen-temen ceweknya sering ngomong ke dia, "Biyu ganteng, deh". Eeeeeet yak, anak kecil jaman sekarang.

Biyu ini suka banget diajak ke mall. Cuma diajak ke mall-nya, gak perlu ke toko mainan atau play land, pasti udah seneng. Mungkin buat dia sekalian cuci mata kali ya, hahahahahahahaha.


Gaya foto aja udah sok cool gini.
Nah, yang ketiga ada Zia, adeknya Biyu. Nama lengkapnya Khadzia Dyah Annaisha. Belum banyak sih ya yang bisa diceritain dari Zia. Masih belum ada setahun hihihihi. Yang jelas gue seneng banget akhirnya punya keponakan cewek hihi. Bisa diajak main bareng, bisa didandanin, bisa dipakein baju lucu-lucu, bisa diajak main salon-salonan (biar gue bisa disisirin dan dipijetin haha! #modus).

Zia
And the good news is.... Sebentar lagi 'adik' gue bertambah!!!!!!! Yeay. Mudah-mudahan lancar barokah Ya Allah. Amiiiiin.

1 January 2014

2013 Review

Wow, 2013 sebentar lagi berakhir.

So, how was my 2013? One word, AWESOME.

2013 means roller coaster. There were times I went straight up. There were times I hit the bottom so hard. There were turns I didn't expect. Overall, 2013 was an amazing experience!

Mari kita mulai dari bulan Januari.

Januari - Februari
"My year"

"It's gonna be MY year!". Itulah yang terlintas di pikiran gue kala memasuki tahun 2013. Ya secara, gue ini angkatan 2013. Di tahun inilah gue memasuki usia ke-18. Usia peralihan antara remaja menuju dewasa, I guess? Di tahun inilah gue beralih dari siswa menjadi mahasiswa. Segala macam urusan perkelastigaan menjadi fokus utama. Karena di tahun inilah gue akan melewati berbagai printilan pernak-pernik menuju UNIVERSITAS. Wow, universitas, sekali lagi. Dua ribu tiga belas akan menjadi tahun yang besar buat gue.

Maret
"Hard time"

Bulan paling kelabu di tahun 2013, I think. Salah satu bulan paling kelabu yang pernah gue alami. I think you will understand what was the problem if I say it was about lovelife. Yes, it was about lovelife. Most people have a really hard time at 'this stage'. And so did I. Tidak berniat melebih-lebihkan, saking beratnya, gue sampai nggak doyan makan selama seminggu. Kalaupun dipaksa untuk makan, makanan tuh nggak ada rasanya tiap lewat di kerongkongan. Hwaaa, lebay sih, tapi itu yang terjadi pada gue kala itu.

Parahnya lagi, semua itu menimpa gue ketika gue lagi Ujian Akhir Sekolah. Kalau dipikir-pikir sekarang nih ya, jujur, gue sendiri heran why I could pass that hard time without getting stressed. Gue saat ini masih bisa mengingat bagaimana beratnya melewati UAS dengan hati dan pikiran yang terbebani kaya gitu. Seriously, it was HORRIBLE. Tapi sekarang gue sudah bisa tersenyum dong, "I NAILED IT!".

April
"Ujian Akhir Nasional"

I gotta move on and get a life.
Pokoknya April ini bulannya UAN. My life focused on UAN. It was the best distraction to get rid of my heartache.

Mei-Juni
"Tes PTN, tes PTN, tes PTN"

Alhamdulillah, gue berhasil menanjaki terjalnya bukit dan melewati tajamnya duri di Bukit Duri. Finally, gue lulus dari SMAN 8 Jakarta, woohooo. Tapi gue nggak boleh seneng dulu. It's time to go to another adventure, another hill.

Sekarang saatnya menghadapi.... UJIAN SBMPTN.
Sekarang saatnya INTENSIF INTEN.
Wuih, Intensif Inten tuh sesuatu, guys. Dapat menyebabkan kejenuhan serta kelelahan, rentan terhadap demotivasi, dan berujung pada kebahagiaan karena "my hardwork is finally paid off man" kind of feeling. Intensif Inten tuh ya, the second hard time I passed in 2013. Gila, in a mean of time gue merasakan dua hard times.

Kenapa gue bilang hard time? Karena di situlah gue harus benar-benar menaruh effort gue untuk menuju universitas idaman. Gue sendiri orangnya kalau udah punya cita-cita, ya gue harus bisa meraihnya. So, whatever it takes, gue akan ambil supaya bisa sampai di tempat yang gue inginkan. Sounds so ambitious, ya? Hahahaha, nggak juga kok. Gue orangnya juga realistis, sih. Paksaan yang gue munculkan sendiri itu in a positive way, supaya gue tetap bekerja keras. Gue sebenernya bukan orang yang amat PTN-minded. Jadi kalau nggak keterima di segala tes masuk PTN, ya I will take another path, seperti PTS.

Keinginan besar gue untuk masuk PTN itu bukan kepada prestige or anything like that. Tapi orang tua. Yang pertama, gue pengen ngebanggain orang tua. Yang kedua, gue pengen meringankan biaya orang tua. Udah, itu doang. Yang paling gue sayangin kalau masuk PTS tuh biayanya.

Ada satu titik di mana gue (dan teman-teman sesama pejuang Inten) sempat mengalami demotivasi. Yaitu ketika pengumuman SNMPTN (orang-orang bilangnya sih undangan). Pengumuman SNMPTN ini muncul di tengah-tengah perjalanan menjalani intensif Inten. So, for whoever yang mendapatkan itu, it's like jackpot. Iyalah, gimana enggak, hanya tinggal menyerahkan nilai rapot SMA, and tadaaa, lo masuk PTN. Nggak perlu tuh ikut-ikutan tes tertulis segala. Nggak perlu susah-susah intensif lagi.

Waktu itu sebenernya gue nggak ngarep-ngarep amat dapet jackpot. Tapi bohong lah ya kalau gue bilang gue nggak mengharap sama sekali. Ada setitik pengharapan yang berpikir, "Gue bisa mendapatkan itu,". Nilai mencukupi. Moreover, secara rata-rata nilai, gue urutan kedua di sekolah gue dari yang mendaftar Teknik Industri UI. "Ya, Insya Allah dapet lah ya,". Soalnya di tahun-tahun sebelumnya, peringkat angkatan bikinan sekolah gue itu akurat. Beberapa urutan teratas biasanya masuk ke jurusan pilihannya. Cuma tinggal kuota yang diberikan universitas aja yang menentukan (dan kehendak Allah pastinya).

Dan yak, ketika pengumuman...... Eh, lamannya minta maaf sama gue. Gue harus menelan pil pahit bernama kekecewaan. Yang diterima dari sekolah gue yang peringkatnya di atas gue itu. Awalnya gue kira memang kuota yang diberikan UI cuma 1. Tapi ternyata 2. Gue jadi agak bingung... The second one should be me.

Eh, setelah di cari tahu, ada teman gue yang peringkatnya lebih tinggi daripada gue, yang berpindah haluan menjadi Teknik Industri UI di last minute pendaftaran. Voila, gue jadi urutan ketiga deh.

Tapi, untuk kesekian kalinya, gue harus move on. Kayanya gue udah pernah nulis ya, move on nggak cuma diperuntukkan kepada lovelife. But it's about life itself. Alhamdulillah, gue bisa melewati masa-masa demotivasi itu!!! Walaupun sempet sedih melihat 99 teman seangkatan gue dapet PTN duluan. Gila, 99 orang, gimana nggak ngiri.

Segala macem tes PTN gue ikutin. Mulai dari SBMPTN (semacam SNMPTN Tertulis) sampai ujian mandiri seperti SIMAK UI, UM UGM, dan SMUP UNPAD.

Juli
"Paid off!"

Juli memang selalu menjadi bulan favorit gue. Karena di bulan inilah gue sering dikejutkan dengan berbagai hal indah dari Allah SWT. Dan satu hal indah yang gue dapatkan tahun ini adalah, universitas. Gue akhirnya resmi menjadi mahasiwa Universitas Indonesia.

"Oh, jadi ini rasanya kerja keras terbayarkan,". Nggak bohong, rasanya SENANG SEKALI. Gue bahagia bukan hanya karena diterima di PTN yang gue inginkan. Tapi lebih karena kerja keras gue terbayarkan. Di bulan ini ada empat pengumuman berbeda. Pengumuman dari segala tes PTN yang sudah gue ikuti. Dan, masya Allah, alhamdulillah, gue keterima di semua tes yang gue ikuti. SBMPTN, SIMAK UI, UM UGM, dan SMUP UNPAD..... Semuanya menerima gue. :'D

Tanpa keraguan, gue memilih masuk Sistem Informasi UI via SBMPTN. Sebenernya di SIMAK UI gue juga keterima di Sistem Informasi, tapi yang paralel.

Walaupun ada sedikit kekecewaan karena bukan diterima di Teknik Industri, tapi rasa syukur gue mengalahkan segala kekecewaan yang ada. Alhamdulillah, gue diberkahi dengan rasa syukur yang melimpah. Ternyata rasa bersyukur itu juga patut manusia syukuri. Tanpa rasa syukur, kita tidak akan pernah merasa cukup. Rasa syukurlah yang membuat manusia memiliki lebih dari cukup.

Lagipula ini adalah suatu bagian dari apa yang Allah sudah rencanakan dalam hidup gue. Manusia bisa berencana, tapi semuanya kembali pada Allah. One thing, Allah has always had better plans than us. Kepercayaan itulah yang membuat gue ikhlas menerima jalur yang dibelokkan oleh Allah, tiap Dia membelokkannya. Karena tiap kali gue menjalaninya, ada suatu suara yang menguatkan gue, "It's where you were meant to be,".

Agustus
"Hal baru"

Semuanya tentang hal baru. New place, new people, new experience. Pokoknya brand new life. Kalau kata Aladdin, "A whole new world,". Gue, lagi-lagi, sempat memiliki hard time pada saat ini. Tapi nggak seberat yang sebelumnya sih. Gila, tiga kali aja gue mengalami hard time in a mean of time.

Semuanya dikarenakan satu benang merah; adaptasi. Gue ini orangnya nggak suka keluar dari zona nyaman. Waktu itu udah pernah cerita di sini. Too much things yang bikin gue nggak nyaman. Lingkungan baru, teman-teman baru, tempat ngekost baru, dan rutinitas baru. Hi, De.. Welcome to your new chapter of life.

September-November
"Kuliah dan asrama"

Kuliah. Benar-benar merupakan hal yang baru buat gue. Gue belajar banyak hal sebagai anak kuliahan. Ternyata menjadi anak mahasiswa berbeda ya dengan menjadi siswa. Cara berpikirnya udah nggak boleh sama seperti anak SMA.

Nah, berbicara tentang kuliah. Awalnya gue sempet nggak sreg dengan jurusan gue. Ya gimana ya, keinginan utama gue bukan di sini. Tapi lama-kelamaan, seiring dengan berjalannya waktu, gue malah jadi nyaman di sini. Nyaman dengan pelajarannya dan teman-temannya. Gue malah bersyukuuuuuur banget nggak jadi masuk teknik. Ternyata tempat gue memang bukan di teknik. Ketika melihat teman-teman gue yang ada di teknik, gue justru berpikir, "Ih, alhamdulillah bangeeet gue udah nggak belajar itu-itu lagi,". Gue nggak suka fisika. Walaupun gue nggak jago matematika, gue lebih enjoy ngerjain matematika daripada fisika. Dan di sini, di Sistem Informasi, isinya kebanyakan logika matematika dan manajemen. Gue suka banget manajemen!!!! Gue nih anak FE wannabe, fufu. Ternyata sebenernya gue tuh bukan anak IPA banget. Gue sebenernya di tengah-tengah sih.. Tapi lebih ke IPS-nya. Dulu SMA masuk IPA karena masih belum tahu kekuatan gue di mana. Masih ikut-ikutan temen lagi. Duh, nggak lagi-lagi deh.

Bener kan, Allah has better plans. Indeed.

Oh iya, berbicara tentang asrama. Gue sekarang nggak ngekost di tempat biasa lagi. Let me call the place, asrama. Tapi bukan Asrama UI itu loh. Pokoknya kalau mau tau, tanya aja langsung ke gue how is the place. Seru banget di tempat ini! Di sini gue bertemu dengan teman-teman baru yang amat menginspirasi. Di sini gue melakukan kegiatan yang amat positif, yang dapat meluruskan jalan hidup dan jalan pikiran gue. Rutinitas baru yang harus gue jalani membuat gue sempat kewalahan. Sebenernya sampai sekarang belum bisa mengatasi kewalahannya sih. Pokoknya hidup gue di tiga bulan ini mulai berubah drastis deh.

Desember
"How was my 2013?"

Yeay, saatnya liburan dan beristirahat sejenak dari segala padatnya jadwal dan rutinitas. Saatnya memasuki tahun yang baru! Huiiiiiiiii, gokil banget sih 2013 buat gue. Bener-bener kaya roller coaster! Ada saatnya gue di bawah. Ada saatnya gue di atas. Di tahun-tahun sebelumnya gue belum pernah mengalami ups and downs segila ini. Hampir semua aspek kehidupan gue diulak-alik pada tahun ini. Satu kata sih, buat 2013: AMAZINGGGG!

Now, let's ride 2014!