20 March 2014

Jalan Setapak






Kami berpapasan. Kusapa dirinya. Namun dia tak mendengar. Pandangannya sedang teralih. Membuatnya tak sadar, aku ada di sini. Aku pun melangkah. Melewatinya dengan tanpa sapaan. Aku tidak lagi menyapanya. Kaki ini sudah terlanjur melangkah. Untuk apa? Toh, dia tidak akan mendengar. Pandangannya mengarah ke yang lain. Pikirannya bukan di sini.

Lalu ada sesuatu yang memberitahunya. Menyadarkannya akan keberadaanku. Kemudian dia menoleh ke belakang. Ke arah diriku berjalan. Tapi jalanan itu hanya menyisakan setitik bayanganku. Bayangan yang telah menjauh. Dia pun kembali menghadap ke depan. Meneruskan langkahnya. Berjalan ke arah yang dia tuju. Arah yang berlawanan dariku.

Aku sempat berbalik arah. Memutar badan 180 derajat. Hampir saja aku berjalan. Mengikuti bayang-bayangnya. Tapi aku tersadar. Jarak yang ada terlalu besar. Belum tentu aku dapat menepuk punggungnya, sebelum dia menghilang dari ujung jalan.

Lalu aku berbalik arah kembali. Dengan berat hati. Berjalan menyusuri jalan setapak ini. Menghampiri apa yang menanti. Di ujung jalan ini...


image credit: daddu.net

13 March 2014

Ngoding

Apa tuh ngoding?

Singkatan dari ngopi deket dinding?
Nope.

Ngekost di Gading?
Nope.

Udah ah, jayus, De.
Hahahaha maaf ya, lagi mumet banget ini gara-gara tugas ngoding yang tak kunjung berakhir.

Jadi, apa itu ngoding? Ngoding adalah verba bahasa Indonesia dari to code. Bukan, yang gue maksud di sini bukan to code khas ala cewek yang suka dikirim ke cowok. Bukan sejenis #kode yang lagi ngetren itu. Bukan. Ini adalah bahasanya programmer atau anak-anak ilmu komputer untuk kegiatan menulis (mengetik sih literally) kode program komputer. Ngoding diambil dari kata coding, yang kalo dibahasaindonesiakan artinya menulis source code. Apa itu source code? Kalau kata Wikipedia sih, source code is any collection of computer instructions (possibly with comments) written using some human-readablecomputer language, usually as text. Seperti apa itu source code? Here we go, my Java source code untuk Latihan 3 Mata Kuliah Struktur Data dan Algoritma.


Ya, begitulah. Looks like a geek ya gue, ngoding-ngoding begini hihihihihi. Well, seriously, nggak ada yang salah being a geek.

Balik lagi ke masalah ngoding, ngoding itu susah, guys. Susah, sekali lagi. Apalagi buat orang yang nggak punya background apa-apa mengenai pemrograman, kaya gue. Terlebih lagi buat orang yang sebenernya nggak punya minat untuk jadi programmer, kaya gue. Karena gue kuliah di Sistem Informasi, mau nggak mau gue harus mengerti komputer juga, karena komputer merupakan kekuatan utama di era teknologi seperti sekarang ini. Bukan mengerti untuk ngebetulin komputer atau Microsoft Office, ya. SEKALI LAGI GUE TEKANKAN, kita di sini bukan belajar ngebenerin hardware komputer atau Microsoft Office. #lelahdenganparadigmamasyarakat.

Sekian dengan curhatan pagi ini.
*Kembali melanjutkan ngoding Latihan 4 yang dari kemarin pundung.

1 March 2014

Love Stories


Taken by me.
Basi nggak sih judulnya? Hahahahaha yea. Tenang aja, gue bukan mau menceritakan sebuah kisah perjalanan romantis ala-ala roman picisan. Bukan juga mau menceritakan clichè Hollywood romcom yang suka gue tonton kalau lagi gabut. Bukan juga menceritakan K-drama yang alurnya udah ketebak banget tapi tetep aja minta banget ditonton. Bukan juga menceritakan FTV Indonesia yang, lucu sih, tapi kadang suka nggak make sense. Bukan juga menceritakan my own lesser-than-sign-plus-three story. Emangnya ada yang bisa diceritain dari gue? Hahaha.

So, here I'm going to share my thoughts about some love stories of my colleagues. The true ones that really happen in reality, not the scripted ones like the hell kind of entertainments I mentioned above. Not to mention I don't like the scripted one. I love watching some romantic movies or series.

Everybody surely has their own unique love story. Gue percaya bahwa di dunia ini ada banyak sekali cerita unik yang berbeda. Tuhan Maha Kreatif, hingga bisa membuat kisah setiap anak manusia berbeda-beda. Semuanya memiliki makna tersirat yang bisa dijadikan lessons to learn. It's really nice to hear love stories from different people around me. Ada yang nyenengin, ngegemesin, nyelekit, nyebelin, sedih, dan macem-macem.

Ya, nyenengin kaya cerita sahabat gue dari SMP, si Tasya, yang akhirnya lepas dari kacamata kudanya dan menemukan tambatan hatinya. Fate brings her to him. Seneng banget akhirnya Tasya bisa punya pasangan yang bener-bener cocok sama dia. Belum pernah gue melihat Tasya secocok ini sama cowok lain. Dari mulai obrolannya, gayanya, seleranya, mereka cocok with their own ways. Mata Tasya nggak bisa bohong tiap cerita ke gue kalau dia seneng banget bisa ada di samping cowok ini. Semoga langgeng ya, Tasyakuuu!


Dan ya, ada juga yang ngegemesin kaya ceritanya seorang sahabat gue, sebut saja Melody. Dia ini dulu lucky she's in love with her bestfriend, kaya lagunya Jason Mraz. Mereka deket untuk waktu yang lama. Tapi mereka cuma bisa sekedar dekat dengan label nggak jelas, walaupun saling tahu mereka saling suka. Ini gara-gara cowonya yang punya trauma tersendiri untuk menjalin hubungan, sehingga dia nggak pernah berani nembak Melody. Soalnya si cowok, sebut saja Doni, memang belum ada niat untuk mulai dari awal lagi. Setelah direnda dengan ketidakjelasan, Melody pun akhirnya jadian sama temen curhatnya, sebut saja Ali, yang memang jauh lebih seru kalau diajak seru-seruan ketimbang Doni. Gue sebenernya tahu kalau perasaan si Melody ke Ali cuma sekedar nyaman, nggak seperti perasaannya dia ke Doni. Tapi apa mau dikata, Ali yang selalu ada buat dia, selalu mendengarkan ceritanya dia, dan yang paling utama, punya keberanian untuk memperjelas status keduanya. Yang paling kasian adalah, si Doni baru tahu kalau Melody ternyata udah jadian sama Ali beberapa bulan setelahnya. Mirisnya, deep down inside their hearts, I know Melody dan Doni masih sama-sama menaruh hati meskipun Melody udah punya cowok lain. Ketika si Doni ditanya seorang teman, "Bro, kenapa lo nggak nembak Melody sih dulu waktu masih deket?", dia dengan polosnya menjawab, "Emangnya harus?". Gemes nggak sih lo denger Doni ngomong kaya gitu? Memang, nggak selamanya cinta harus memiliki.


Dan, ada juga yang nyebelin sekaligus nyelekit! Kaya ceritanya sahabat gue, sebut saja Rena. Rena ini ceritanya dulu suka sama seorang cowok di kelasnya. Rena bener-bener nggak tau kalo si cowok, sebut saja Teddy, udah punya pacar yang udah dipacari sekitar 2.5 tahun. Sebulan menyimpan rasa, Rena akhirnya tahu kalau si Teddy udah punya cewek. Patah hati deh tuh ceritanya si Rena. Eh, tapi secara tidak disangka-sangka, Teddy PDKT gitu sama si Rena. Melihat kesempatan bagus, Rena nggak mau dong menyia-nyiakannya begitu saja. Walaupun Rena udah tau kalau si Teddy udah punya cewek, Rena tetep aja terima dideketin Teddy. Setelah 3 bulan PDKT, akhirnya Rena dan Teddy jadian. Mereka jadian hanya selang satu bulan setelah Teddy putus sama cewek sebelumnya. Teddy jelas-jelas dong ya udah nikung semenjak masih pacaran sama pacar sebelumnya. Semua orang wanti-wanti ke mereka berdua, "Awas ya lo karma!". Tapi gue, sebagai sahabatnya Rena, mengerti perasaan Rena yang nggak bisa mengelak Teddy walaupun tahu cara mereka salah. Satu setengah tahun berselang, ketika udah kuliah di universitas yang berbeda, si Teddy tiba-tiba berubah. Mereka putus cuma karena hal sepele yang kelihatan dibuat-buat oleh Teddy. Setelah diselidiki, ternyata Teddy jadian sama cewek lain selang tiga minggu setelah putus dari Rena! Rena tahu diri sih, kalau karma does exist. Biarlah, ini menjadi pelajaran berharga buat dia. Sebenarnya kita-kita (temen-temennya) dari awal udah tau that their relationship won't long last and it will have a bad ending. Tapi ya namanya udah sayang..



Nah, dari sekian banyak cerita yang gue dengar, nggak sedikit yang memberikan gue inspirasi. Seperti kisah salah satu kerabat gue yang umurnya berbeda sedikit dengan gue, but she is older, yang sebentar lagi akan tie the knot. She is so young (around my age!), but she's not afraid to take the chance to marry her prince at her age. "Diniati karena ibadah dan supaya halal," she said. Amazing. She inspires me a lot! We're Muslims, dan yang benar di Islam ya emang kaya gini nih. Ih, mendengar kabar seperti ini tuh rasanya bahagia banget. They're the ones who getting married, but I'm the one who have big smile as big as them.

Yeah, this is my stage of life, where life is about to be more serious. Somehow karena mendengar cerita dia, mata gue jadi terbuka lebar, bahwa ternyata saat ini gue berada pada tahap menuju kehidupan yang lebih serius. Dan di sini sudah bukan saatnya main-main lagi. Udah bukan anak sekolah yang kewajibannya cuma belajar dan sisanya bisa main-main and have fun. Sekarang kewajibannya masih tetep belajar sih. Tapi tanggung jawabnya makin besar. Sebentar lagi gue menginjak angka kepala dua, terus tau-tau sudah lulus kuliah, terus tau-tau udah harus cari kerja. Wow, I'm at this stage of life?! Nggak terasa.


Dulu, waktu SMA, sebenernya gue sering merasa kalau gue itu masih anak kecil. Bukan dalam artian kekanak-kanakan.. Melainkan perkembangan emosional yang sebetulnya ada tapi tidak begitu gue rasakan perubahannya. Bukan cuma gue doang yang ternyata begitu. Temen-temen gue pun banyak yang merasakan seperti itu. Umur boleh 17 atau 18, tapi kita masih melihat sosok yang gitu-gitu aja. Entah karena faktor gue anak bungsu atau gimana, gue masih sering merasa I'm just a Mom and Dad's little kid. Hingga mata gue terbuka ketika kuliah, titik di mana gue benar-benar ngeh kalau gue sudah bukan anak kecilnya mereka lagi. Tepatnya pas umur 19 sih. Mungkin memang common experience orang-orang juga gitu kali ya? Ngerasa nggak sih? Kaya dulu pas lo SD, ngelihat anak SMA tuh rasanya mereka tua banget. Tapi ketika lo SMA, ngelihat anak kuliahan tuh rasanya mereka sesepuh banget, sedangkan elo tuh masih anak kecil, cuma anak sekolah ingusan biasa.



Dan sekarang gue juga baru ngeh, kalau temen-temen gue sudah banyak yang punya pasangannya masing-masing. Jadi tersadar gitu, we ARE getting older. Yaa... sebenernya masih buanyakan yang jomblo sih wkwkwkwk. Kaya yang di sini ini, #eh.

Nah, kembali pada kisah kerabat gue, berkat dia gue jadi memiliki pemahaman yang berbeda tentang arti menjalin hubungan. She's my new role model. Dari dia, gue belajar banyak tentang makna hubungan antar adam dan hawa yang sesungguhnya. Dari semua cerita, cerita dialah yang paling menginspirasi gue so far. Hihihihihi, gue bukan ngebet nikah muda like her. Tapi yang jelas, gue sih nggak menolak, hahahahaha asal gue udah lulus kuliah aja. Habis, daripada nabung dosa dilama-lamain, mendingan kita nabung pahala, ya kan?

Pandangan gue akan relationship sudah tidak sesederhana seperti ketika dulu sebelum bergaul dengan kakak-kakak yang lebih tua di asrama. Terlebih lagi sekarang gue sudah kuliah. Well, ini masih pandangan doang sih. Gue juga nggak tahu deh apakah sulit bagi gue untuk menerapkannya atau tidak. Gue sih sekarang masih menikmati kesendirian (bahasa halus dari masih memakai kacamata kuda wkwk). Nggak tahu deh, Allah sedang merencanakan hal apa untuk gue. I just let it flow and always believe that everything happens for a reason. Berdoa dan mempercayakannya semua pada Allah, karena hanya pada Allah lah kita dapat bergantung. Hati juga ternyata out of my control. It's under His control. Cinta bukan memilih, tapi dipilihkan oleh Allah.

SO, how will my love story gonna be? One day it will be clear and I will write it here happily. I believe, one day. Gue percaya, semua akan indah pada waktunya. So, just stay tuned on my blog. :-)




By the way, what's your favorite love story? One of my favorites is Up, the love story between Carl and Ellie.


because...