14 November 2014

Dulu Kepingin, Sekarang Bisa Bikin

Belakangan ada mata kuliah yang patut jadi bahan perbincangan. Iya, seru karena tugasnya kadang kontroversial. Seru karena tugasnya menarik (untuk gue). Seru karena sering jadi bahan omongan di kampus. Sooo, mata kuliah apa itu? Ya, mata kuliah PPW (Perancangan dan Pemrograman Web). 

Kenapa mata kuliah ini menarik (untuk gue)? Dari dulu, gue udah suka ngutak-ngatik blog. Tapi gue tuh suka gatel sama template blog gue. Gue punya banyak keinginan untuk mendeesain sendiri, tapi nggak ngerti. Jadi gue cari-cari aja template orang yang free di Google Namun karena itu bikinan orang, gue masih gatel pengen ngedit template-nya sesuai dengan apa yang gue inginkan. That's why gue punya cita-cita supaya suatu hari bisa bikin template blog sendiri.

Dulu, waktu SMP, ada pelajaran TIK, gitu. Pas ujian akhir SMP gue disuruh untuk bikin desain website menggunakan Microsoft Publisher dalam waktu 1 sampai 2 jam (agak lupa). Waktu itu gue lagi demen-demennya sama bulutangkis. Alhasil, gue bikin desain website sekolah bulutangkis. 

Entah mengapa, guru TIK gue waktu itu tertarik banget sama desain website gue. Dia pun duduk di samping gue, dan menanyakan banyak hal berkaitan dengan desain website gue. Satu hal yang gue inget, waktu itu beliau amazed banget sama desain website gue yang memajang layanan pembayaran online menggunakan PayPal. Dia bilang, "Kok kamu bisa kepikiran menggunakan layanan ini?".

Entah ada korelasinya dengan layanan PayPal itu atau enggak, guru gue memberikan nilai yang amat tinggi pada ujian akhir TIK gue. Kalau nggak salah waktu itu nilai gue paling tinggi. Alhamdulillah.

Dari situ, gue jadi semakin optimis sama diri gue. "Wah, gue punya skill! Suatu hari gue harus bisa bikin template blog sendiri,". Karena, kalau boleh jujur ya, hidup gue beberapa tahun terakhir dihiasi dengan krisis skill. Gue merasa, semenjak SMP gue nihil skill. Dulu, waktu SD, gue bisa dibilang cemerlang di berbagai bidang (HAHAHAHHAHAHA MASA SIH WOY?). Ya, tapi itu dulu, SD.

Tapi seiring dengan waktu berjalan, gue lupa dengan cita-cita gue. Blog gue pun terbengkalai. Bahkan selama SMA pun gue masih labil mau kuliah di mana.

Sekarang, gue jadi inget... Oh, mungkin kejadian sewaktu gue SMP merupakan salah satu pertanda bahwa gue nanti sama Allah ditempatkan di program studi yang sekarang gue tempati. Nggak nyangka juga sih, dulu gue bikin desain website di Microsoft Publisher, sekarang udah bisa langsung bikin, meskipun masih terbatas ilmunya. Dulu gue kira nggak mungkin, sekarang kesampaian. Berkat mata kuliah PPW, mungkin keinginan gue yang dulu sempat menggebu-gebu akan tercapai. Semoga saja.

Well, gue bicara seperti ini bukan berarti perkuliahan gue di mata kuliah ini lancar. Ya, sama seperti mata kuliah pada umumnya, banyak hadangan dan rintangan yang harus dihadapi, seperti cerita gue pada entry yang lalu. Tapi, semoga saja deh mata kuliah ini bisa jadi pendongkrak nilai. Senior-senior bilang, katanya mata kuliah ini tergolong mata kuliah yang murah nilai A. Semoga aja itu bukan hoax. Semoga saja mata kuliah ini tidak menjadi kontroversi di pergantian semester. 

Di semester 3 ini, mata kuliah ini menjadi buah bibir anak-anak Angklung (nama angkatan gue). Awalnya kami optimis bisa dapat nilai A di perkuliahan ini. Tapi, ternyata tim dosen mengubah sistemnya. Tahun lalu, tugasnya nggak sebanyak tahun ini. Tahun lalu, UTSnya nggak senista tahun ini. UTS-nya senista itu lho kawan-kawan. IYA, SENISTA ITU.

Kenapa? Karena... Bayangin dong, kita disuruh bikin website online shop dalam waktu 6 jam. ALAMAKJANG!!!! Bikin website company aja bikinnya satu minggu, ini online shop disuruh 6 jam. Ke laut aja. Mudah-mudahan aja nanti UAS nggak senista dan sehina itu.

Over all, gue membuat tulisan ini dalam rangka melukiskan excitement dan kenorakan gue karena akhirnya bisa bikin website. Gila man, dulu gue cuma bisa bingung baca kode HTML yang ada blog, sekarang sudah bisa ngutak-ngatik. Dulu cuma kepingin, sekarang bisa bikin, hihihihi.

Doain ya, mudah-mudahan nanti bisa beneran bikin sendiri bantuin temen-temen yang punya company. HAHAHAHA, cita-cita muluk.

30 September 2014

CLUMSY CLUMSY CLUMSY

CLUMSY ME IS BEING SO CLUMSY, GODDDDDDDDDDDDDD HELP.

Huhu, maaf ya, postingan kali ini lagi-lagi curhatan nggak penting nan nggak berkualitas wkwkwk. Tapi parah sih w akhir-akhir ini go to the bloug maksimum. Butuh banget menumpahkan curahan hati ini secepat mungkin. Parah nih gila, gila, gila, gila. Kecerobahan gue is getting worse.

Jadi gue langsung curhat aja deh ya.

Begini, awal mula ceritanya.. Sebagai fakultas yang menjadikan teknologi sebagai issue pembelajarannya, Fakultas Ilmu Komputer tentu mengedepankan teknologi sebagai pendukung utama kegiatan edukasinya. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia merupakan fakultas di Universitas Indonesia yang paling menerapkan edukasi berbasis teknologi dalam kehidupan perkuliahan sehari-harinya. Scele, atau Student Centered e-Learning Environment merupakan web-based education, di mana di situlah terjadi pusat kegiatan edukasi peserta dan pengajar mata kuliah di Fakultas Ilmu Komputer. Di Scele inilah antara lain terdapat courses untuk keperluan perkuliahan setiap mata kuliah, forum untuk berdiskusi, dan "papan pengumuman".

Nah, bahasa gampangnya gini deh, Scele tuh penting banget untuk setiap anak Fasilkom. Setiap matkul pasti punya course di Scele, di mana peserta kuliahnya bisa enroll. Well, sebenernya enroll tuh bukan sebuah pilihan, tapi kewajiban. Rata-rata matkul di Fasilkom mengharuskan lo enroll ke course matkul tersebut di Scele, karena di situlah semua materi slide, tugas, PR keluar. Nggak cuma tugasnya doang yang ada di situ, tapi slot pengumpulan tugasnya adanya hanya di Scele. Selama gue satu tahun kuliah di sini, lebih dari separuh tugas-tugas yang dikeluarkan harus dikumpulkan dalam bentuk softcopy dan di-upload pada slot yang telah tersedia di Scele. No more printing, no more handwriting.

Tapi di sinilah petaka terjadi pada gue. Tidak hanya sekali, dua kali, atau tiga kali. TAPI.... ah sudahlah.

Jadi, slot pengumpulan tugas di Scele itu suka tiba-tiba munculnya. Datang tak diundang, pulang tak dijemput. Dosen di kelas boleh jadi nggak ngomongin apa-apa tentang tugas, TAPI SLOT YANG BERBICARA. *Petir membahana.

Nah, bagian ini nih gue suka kepeleset. Gue ini orangnya bukan tipikal yang update-update amat. Update sih, cuma nggak yang gitu-gitu amat. Punya Path, satu tahun bikin, cuma ada 260-an moments while orang-orang udah 1000an moments (heran, ke toilet aja check-in kali ya?!). Punya Twitter, udah empat tahun cuma 3200an tweets, orang-orang 40.000an. Punya Instagram... eh gajadi deng, yang ini agak update. Punya Facebook, cuma punya temen 500an, while orang-orang temennya 2000an (orang-orang getol banget ngeadd-in orang banyak pas Facebook lagi happening, when I didn't).

NAH, karena gue nggak update-update amat, jadi gue kurang update tentang slot tugas. BIASANYA YA, gue tau ada slot tugas bukan dari account Scele gue sendiri, tapi dari temen-temen w yang hobi banget ngomongin tugas nggak peduli lagi ngapain aja (the perks of being close with ambis friends). Dari mulai tugasnya, sampai deadline pengumpulannya, gue asal curi dengar saja. Nggak punya inisiatif untuk lihat dengan mata kepala sendiri. Nanti kalau udah deket-deket deadline, baru deh gue buka. HAHAHAHHAHA JELEK LO DE.

Nah, tapi sengsaranya itu dia. GUE KADANG SUKA GATAU DEADLINE!!!!!!!!!!!!!!! HUUUUUUHUUUUUUUUUUUUUUUUU. Gue kadang, (SERING SIH), taunya cuma setengah-setengah doang. Misalnya, ada temen yang ngomong, "Eh, udah tau belom ada worksheet MD2? Deadline-nya Kamis, loh". Gue jadi tau tugas itu deadline-nya Kamis, tanpa tahu jamnya. Gue biasanya cuma asumsi... Dan bodohnya, asumsi gue udah beberapa kali salah.

Waktu semester satu dan dua, deadline tugas biasanya 11.55 PM. Jadi, gue udah punya mindset kalau semua deadline tugas jam segitu. Nggak gue doang sih kayanya, yang lain juga (((pembelaan))). Tapi, realita jahat. Nggak semua tugas menerapkan aturan 11.55.

Sebenernya mulai semester dua udah banyak tugas yang deadline-nya mulai gak jelas gitu jamnya. Tapi karena sifat "nggak update Scele" ini, gue jadi dua kali kelewatan deadline, bahkan HAMPIR tiga kali, sepanjang sejarah gue berkuliah di Fasilkom UI.

Awal mulanya gue ketinggalan deadline adalah sewaktu semester dua akhir. Waktu itu ada kuis online Mata Kuliah Prinsip-Prinsip Sistem Informasi. Kuis online ini amat sangat sangat mudah, karena soalnya persis sama soal tahun lalu dan jawabannya pun sudah di share di grup angkatan. Dapet 100? No big deal. Gue dapet informasi dari temen-temen kalo deadline-nya jam 12, hari Minggu.

Ya sudah, karena kunci jawaban sudah di tangan, gue memilih untuk mengerjakan kuis ini beberapa jam sebelum deadline. Abisan siang-siangnya gue kondangan. Abis kondangan tepar. Keluarlah sifat menunda-nunda gue yang sudah beberapa kali bikin celaka itu. "Entar aja, ah..".

Dan bener aja kan gue celaka. Pas gue buka slot kuis online jam setengah 11 malem, gue kaget, dengan errornya tuh slot nggak kebuka. Anjrit, anjrit, lappy gue kenapa nih!!! (kirain lappy-nya atau internetnya). Setelah 15 menit mencoba log in ulang dan ulang, gue akhirnya sadar begitu liat batas maksimal pengumpulan tugas di atas slotnya. Di situ tertulis: 12 PM.

HENING..
HENING....
HENING......

"BEGOOO!!!! GUE KIRA JAM 12 MALEM!!!!".

Pupus.
Pupus sudah,
Pupus sudah semua harapan.





Kuis yang berbobot 5% itu pun tidak gue kerjakan.....dengan penuh.....penyesalan. But yeah, what's the use of regret?

Bego banget nggak sih, 12 PM gue kira jam 12 malem....



Kecerobohan gue nggak berhenti sampai situ aja. Kemarin terjadi lagi!!!!!!!!

Jadi ceritanya hari Jumat ada deadline tugas Perancangan Pemrograman Web. Hari itu gue ada kelas jam 8-10 pagi. Niatnya, abis kelas gue mau ngerjain bareng temen-temen yang lain di kampus. Punya gue kaya belom selesai gitu soalnya. Tapi... Sewaktu gue lagi baca grup Line w bersama temen-temen w di kereta, si Runi nanya, "Eh, bantuin gue dong PPW.. Deadline 9.45 nih...". Pas gue liat jam.... Anjrit, 7.45.



Tugas gue belom ada 50% selesai...
Dua jam lagi harus dikumpulin...
Mau jadi apa gue....

Tapi ternyata manajemen panik gue udah berkembang. Sesampainya di kampus, gue langsung ke lab, skip kelas, minta source code temen lewat Line, kerjain sendirian banget deh di Lab 1110. DAN ALHAMDULILLAAAAAAAH, tugasnya udah jadi jam 9.18. ALHAMDULILLAAAAAAAH. Syukur banget gue tadi liat grup di kereta. Syukur banget punya temen-temen yang helpful. Syukur banget panik gue nggak kambuh. Ternyata otak bekerja efektif sekali sewaktu mendekati deadline, hahahahahaha

Cuma tetep aja sih hari itu gue gondok. Gondok karena gue jauh-jauh ke Depok dari Kreo cuma buat ngeskip kelas, ngerjain tugas di lab. Sendirian banget pula. Tapi yasudahlah, pelajaran banget buat gue. Biar besok-besok harus update Scele.

TAPI..
TAPI.....
TAPI........

Pada hari Minggu kelabu itu... Dua hari kemudia... Gue beneran kesandung.
Bodoh banget, nggak belajar dari kesalahan.

Jadi hari Minggu, dua hari setelah deadline tugas PPW, ada deadline tugas Matematika Diskret 2. Lagi-lagi gue nggak buka slot di Scele, cuma denger-denger dari temen-temen aja kalo deadline-nya hari Minggu (((stupidity tingkat maksimum))). Sebenernya progress tugas gue udah 70% dari hari Sabtu. Tinggal finishing-nya gitu... Tapi penyakit menunda gue kambuh, jadinya ya ditunda-tunda terus.... Akhirnya datanglah hari Minggu. Pukul 6 sore, setelah pulang dari suatu tempat, gue buka timeline Line. Terus ada temen kampus gue yang update status, "Deadline jam 4, baru tau jam 3. Untung sempet ngumpulin".



Jangan.. Bilang.. Tugas yang dia maksud... Tugas yang belom gue kumpulin...
Jangan bilang?!?!?!?!?!

Gue pun mau nggak mau memberanikan diri untuk buka slot Matematika Diskret 2.

Dan ternyata bener aja....




NOT... AGAIN....





Kepada slot tugas Scele yang terhormat, jangan sensi begini sih................????!!!!!!!!!
Kepada Azadya, please jangan kelewatan lagi untuk ketiga kalinya. Say you're not that dumb.

11 August 2014

Boredom Post

Bosen.
Nggak ada kerjaan.
Hmmmmmpppphhhhhh.

Pardon my boredom post.

Here I am, di ruangan kerja Mama di Medan. Dari tadi pagi hujan rintik-rintik. Enak sih, adem gimana gitu. 

Here I am, main komputer, nggak mau ditinggal di rumah. Abisan kemarin pas ditinggal di rumah apes banget mati lampu. O to the gah deh ditinggal sendirian lagi.

Here we are, berdua aja di Medan. Bapak lagi di Jakarta, menghabiskan waktu bersama cucu tercinta. Belum adaptasi juga sih sama lingkungan di Medan ini. Jadi lebih milih di Jakarta dulu sebentar.

Yeah, my Mom moved one month ago to Medan. Tadinya kerja di Jambi. Gue dan keluarga sempet harap-harap cemas tuh waktu dapet kabar nyokap tiba-tiba disuruh ke Jakarta karena akan ada pelantikan. Gue udah berharap biar nyokap dipindah ke kantor pusat di Jakarta. Eh, tapi ternyata emang belum qodarnya. Ternyata dipindah ke kota lain. Ya, ke Medan ini. Tapi semua tetap merupakan bentuk nikmat dari Allah yang patut disyukuri. Alhamdulillahirobbilalamin.

Duhhhhhh. Mau cerita apaan lagi.
Bosen abis nih ditinggal rapat. Fufu.

Tapi seneng sih pergi menjauh sebentar dari kenyataan. Kenyataan bahwa semester tiga sebentar lagi menghampiri. Kenyataan bahwa kelas gue jelek-jelek banget semester depan. Kenyataan bahwa gue masih sendiri memasuki semester tiga. EH, hahahahaha yang terakhir bercanda deng.

Bonus PhotoBooth

Btw, gue lagi keranjingan K-drama judulnya Marriage Not Dating.

WARNING!
WARNING!
WARNING!
WARNING!
K-DRAMA FANGIRLING ACTION DETECTED

Seperti biasa, setiap liburan pasti gue menghabiskan waktu dengan streaming segala macam K-drama. Tapi nggak semua K-drama yang gue tonton gue suka. Sejauh ini, hanya ada empat K-drama yang menjadi favorite list gue. K-drama yang menjadi favorite pertama gue adalah Coffee Prince.

Coffee Prince
Gue nonton drama ini zaman-zaman gue SMP. Jadi udah agak lupa kenapa bisa jatuh cinta. Hmmmm yang jelas karena chemistry Gong Yoo dan Yoon Eun Hye dapet banget di sini. They are very brilliant. Ceritanya juga simple. Hanya menyangkut kehidupan sehari-harinya si pemilik kedai kopinya. Ceritanya pun dikemas dengan menarik dan lucu. Satu hal yang khas dari drama Korea yang gue suka: romance comedy! No wonder sih drama ini bisa sampai hits sampai-sampai kedai kopinya jadi tempat wisata di Korea. Five stars untuk Coffee Prince!

Personal Taste
Setelah keranjingan Coffee Prince zaman SMP, akhirnya gue keranjingan K-drama lagi. Yep, Personal Taste! K-drama ini gue tonton zaman SMA. Banyak orang yang nggak suka drama ini dengan alasannya masing-masing. Makanya drama ini nggak begitu punya pamor yang tinggi. Tapi apapun yang kritikus bilang, GUE JATUH CINTA sama drama ini. Cuteness overload!!!!!!!!! Dan chemistry-nya udah pasti dapet banget menurut gue. Biasanya kalo chemistry udah dapet, skrip kaya gimana aja tuh pasti jadi lucu. Tapi skrip tetep mempengaruhi, sih biar bagaimana pun.


Emergency Couple
Setelah keranjingan Personal Taste dan nggak tertarik sama K-drama apapun, akhirnya gue jatuh cinta sama Emergency Couple. Sebenernya tingkat cuteness di drama ini nggak begitu tinggi. Drama ini agak serius, tapi seru! Kaya nonton Grey's Anatomy gitu, karena latar belakang drama ini kan rumah sakit. Pemeran utamanya pun dokter semua. Serrrrruuuuu!! Gue jatuh cinta sama drama ini karena baru kali ini gue bener-bener masuk ke dalam ceritanya, sampai nangis di beberapa episode. Drama ini filosofis and it feels so real for me. Ceritanya tuh nggak ala-ala K-drama yang biasanya. I mean, there must be complex feeling between exes who work in the same environment, and this drama really can describe how complex it is! Ya, mungkin karena ceritanya nggak ala-ala K-drama biasa, nggak terlalu banyak orang yang suka. But I am the exception! I'm really in love with this drama.

Marriage Not Dating
Nah, ini nih K-drama yang lagi gue tonton. The drama itself is still airing now. Ceritanya sih ala-ala K-drama banget. Tapi chemistry pemainnya itulhoooooooooooo, sukaaaaa banget!!!! The pairing, OMG! Cocok banget. Cutenessssss overloaaaaad ngelebihin Personal Taste. Gue jatuh cinta karena yang jelas satu hal, drama ini ceritanya nggak ribet. Konfliknya cuma ngelibatin si pemeran utama aja. Nggak sampe sok-sok ngeribetin multinational company kaya K-drama lain.

Gue bukan tipikal penonton K-drama yang angot-angotan. Maksudnya, gue bukan suka K-drama hanya karena dramanya ngehits sejagat raya, yang main ganteng banget, banyak orang bilang bagus, atau gimana-gimana. Gue suka K-drama just because I enjoy the series and fall into the story. Justru dari semua K-drama yang ngehits, cuma Coffee Prince yang gue suka. Sorry, but I loathe some of hit Korean dramas. Ceritanya suka berlebihan. Justru K-drama yang nggak begitu hits, seperti tiga judul yang gue sebutkan di atas, banyak yang gue suka.

K-drama yang masuk favorite list gue biasanya adalah K-drama yang ceritanya nggak memiliki konflik yang kompleks dan luas. Palingan konfliknya hanya menyangkut kehidupan pribadi si pemeran utama, nggak melibatkan negara, multinational company, atau yang luas-luas gitu deh pokoknya. Gue juga nggak mungkin masukin K-drama yang jenisnya fantasy ke favorite list gue, meskipun I enjoy the series. Sebut aja kaya My Girlfriend is A Gumiho atau You Who Came from The Star. I enjoy watching those two, but they are not included to my A-list.

Biasanya gue jatuh hati sama K-drama yang chemistry pemeran utamanya dapet banget sehingga apapun yang mereka lakukan akan terlihat cute dan ceritanya nggak berbelit-belit. Gue malah lebih suka K-drama yang simple.

Pheeeeeewwwwww, jadi melebar gini omongannya sampe ke K-drama segala. Maafin post kali ini ya, hahahahahaha. Maafin bonusnya juga. Hahahahahahahaa. Dah!!!!!

*udah dua jam, masih ditinggal rapat*
*lanjut nonton K-drama*
*annyoeng!*

23 July 2014

Cut Off

Why God?
Why do You always tie it up when I'm about to cut it off?
Or is it just me...?
I'm tired.

Sampai kapan kau terus bertahan
Sampai kapan kau tetap tenggelam
Sampai kapan kau mesti terlepas
Buka mata dan hatimu 
Relakan semua
- Semua Tak Sama, Padi 

8 July 2014

A First-Time Voter Speaks




Beberapa waktu terakhir ini suasana di Indonesia begitu ramai. Ya, ramai menyambut pesta demokrasi Indonesia yang akan terjadi pada 9 Juli 2014 besok. Seru sih, menurut gue, pilpres tahun ini. Seru banget malah. Suasananya tuh dapet banget, gitu. Kaya lagi dukung tim sepak bola.

Kandidat yang dimunculkan dalam pilpres kali ini berperan besar dalam meningkatkan euforia pilpres 2014. Dua-duanya punya sesuatu yang memiliki daya tarik tersendiri sehingga membuat rakyat Indonesia tertarik ke dalam dua kutub berbeda. Dua kandidat ini punya style dan charm yang berbeda yang dapat menyihir rakyat. Prabowo dengan gayanya yang keras, dan Jokowi dengan gayanya yang lemah lembut.

Sedikit curhat, gue ini sebenernya orang yang nggak begitu peduli politik. Gue suka ngikutin berita-berita tentang politik, tapi untuk cuma sekedar tahu doang. Basically, gue suka baca berita dan cari-cari tahu tentang knowledge umum. Beberapa ada yang menarik, tapi beberapa juga ada yang tidak menarik sama sekali. Dan buat gue, dulu, pemilu itu nggak menarik. Gue bukan termasuk orang yang golput. Gue yakin suara gue berperan penting di sini. Pemilu buat gue nggak menarik karena siapapun yang kepilih, nggak ada ngaruhnya buat gue.

Awalnya gue cukup apatis dengan keberlangsungan pilpres 2014. Lagian gue nggak suka calon presidennya. Both Prabowo and Jokowi. Gue nggak suka gaya otoriter Prabowo dan gue nggak yakin sama Jokowi. Gue memilih untuk tidak terlalu peduli dan memihak. Gue entar ngikutin aja disuruhnya pilih siapa.

But then, waktu gue liat anak muda bergerak bersama jadi relawannya Jokowi, gue mulai tersentuh sama pasangan nomor urut 2 ini. Gue terkena sihir #salam2jari. Anak-anak muda yang dipenuhi energi jiwa muda yang bergelora itu ternyata ramai-ramai berdiri di belakang Jokowi. Mereka bersatu untuk menggerakkan semangat revolusi mental yang digagas oleh Jokowi. Gue, sebagai anak muda, merasa tergerak untuk ikut menjadi bagian dari gerakan ini.

Anak-anak muda ini kreatif banget, man. Gue suka banget ngeliat cara para relawan atau timsesnya mengkampanyekan kandidat nomor 2. Mulai dari yang "I stand on the right side", 60DetikBuatKamuYangMasihBingung, lagu Salam 2 Jari, Konser Dua Jari, dan sebagainya. Gue sempet lihat videonya Sacha Stevenson (she is Jokowi's supporter) yang menggambarkan gaya dua kandidat dalam memimpin. Dari situ gue bisa mendapat gambarannya, dan gue lebih memilih untuk dipimpin seorang Jokowi. Kemudian gue meluangkan 60 detik gue berkali-kali untuk menonton 60DetikBuatKamuYangMasihBingung di YouTube. Di sini kita bisa lihat testimoni beberapa tokoh muda yang mendukung Jokowi. Mereka bicara dengan smart tanpa membara. Karena terpikat, gue pun akhirnya memutuskan untuk memilih nomor 2.

Tapi, gue sadar ternyata selama ini gue biased. Ketika lo sudah bias dengan seseorang atau sesuatu, lo akan menganggapnya selalu benar. Apa yang dikatakannya selalu indah, apa yang dilakukannya selalu wajar. Dan begitulah gue selama ini memandang Jokowi. Gue sendiri semenjak Jokowi jadi Gubernur DKI Jakarta sudah kagum dengan karakternya dan kinerjanya. Tapi pas dia nyalonin jadi presiden, gue meragukan. Namun keraguan itu perlahan pudar ketika gue menyaksikan relawannya. Bukan Jokowinya sendiri, to be noted.

This morning I happened to read this. Dan setelah gue baca, "Wow, this pilpres is actually interesting". Ini fakta yang benar-benar menarik. Gue langsung googling Allan Nairn, berita-berita Jokowi di Majalah TIME, dan beberapa hal yang disebutkan di artikel tersebut. Awalnya gue pikir artikel ini mungkin sebagian dari black campaign. Tapi setelah gue googling sana-sini, kok ada benernya juga, ya. Karena gue kebanyakan nonton film action Hollywood, gue pun mulai berpikir layaknya sebuah film action di sono. What if kenyataannya Jokowi disetir oleh orang asing? What if selama ini Prabowo mengalami pembunuhan karakter, seakan-akan he is the antagonist here? What if who we thought the protagonist is actually the antagonist? What if kita diakal-akalin biar seakan-akan kita memilih 'yang baik', padahal yang baik belum tentu benar?

Gue baru tahu Allan Nairn setelah baca artikel yang gue sebutin di atas. Saat lagi cari tahu tentang Allan Nairn, gue baca wawancara Tempo dengan Allan Nairn. Di situ Nairn menyebutkan bahwa Prabowo sebenarnya adalah orang yang mewakili kepentingan Amerika. Prabowo dekat dengan Amerika, dan itu adalah kabar buruk bagi kita. "Amerika telah melakukan berbagai kerusakan di Indonesia", kata Nairn. Allan Nairn juga bilang, waktu Prabowo sedang diwawancara tahun 2001, Prabowo mengatakan kepada Nairn bahwa, "I was the American fair-haired boy".

Lho? Membingungkan ya buat kita, masyarakat awam. How come? Padahal Prabowo di sini teriak-teriak bahwa kita harus melawan pihak asing yang mencoba mengintervensi. Kemudian tiba-tiba sesuatu yang nyeleneh terlintas di pikiran gue. Hmmmm, I start to think that Prabowo might be the Severus Snape of Indonesia? Hahahaha pardon me.

Pernah nonton Harry Potter? Di Harry Potter ada penyihir jahat namanya Voldemort dan penyihir baik pembela kebenaran namanya Dumbledore. Voldemort punya orang kepercayaan yang namanya Severus Snape. Tapi anehnya, Dumbledore menjadikan Snape sebagai orang kepercayaannya juga. Orang-orang di dunia sihir nggak percaya sama Snape. Gimana orang mau percaya, kalau Snape sendiri orangnya terlihat dingin, keras, tatapannya tajam, pokoknya terlihat seperti penyihir jahat. Dumbledore menjadikannya sebagai mata-mata Voldemort. Begitupun Voldemort, menjadikan Snape sebagai mata-mata Dumbledore. Jadi yang bener yang mana? Dia mihak Voldemort atau Dumbledore? Pembaca pun dibuat bingung karena dia benar-benar terlihat meyakinkan ketika berada di dua pihak.

Di akhir cerita, diungkapkan bahwa Severus Snape ternyata adalah orang baik yang memihak Dumbledore. Di depan Voldemort dia cuma pura-pura jahat supaya bisa memata-matai Voldie. Ternyata selama ini dia telah melakukan berbagai kebaikan yang tidak bisa dilihat orang banyak. Bahkan dia diam-diam mempertaruhkan nyawanya demi Dumbledore dan Harry Potter.

Hahahaha ya begitulah pikiran nyeleneh gue. Kalau buat lo ini nggak make sense, hahaha just ignore this.

Balik lagi ke masalah Pilpres 2014. Kalau gue melihat Allan Nairn sih ya, menurut gue orang ini meragukan. Lagi-lagi pikiran nyeleneh gue mengatakan bahwa Allan Nairn itu sendiri yang dikatakan sebagai intervensi asing. Sikap dia yang memusuhi negaranya sendiri merupakan sebuah bentuk kamuflase. Who knows, kali aja dia bukan seorang jurnalis biasa, melainkan agen intervensi.

Ah, ini cuma pikiran nyeleneh seorang first-time voter yang awam. Ibarat piramida nih, kasta gue masih paling bawah. Nggak ngerti apa yang terjadi di atas, cuma bisa kira-kira. Tapi apapun yang terjadi di kalangan atas piramida ini, gue berharap semoga semua berjalan baik-baik saja. Semoga kita-kita yang di bawah ini nggak bego-bego amat untuk membaca situasi dan menerima informasi.

Gue nggak peduli siapa yang kepilih. Nggak peduli bukan karena apatis, tapi nggak peduli karena gue yakin siapapun itu yang kepilih, dia pasti yang terbaik. Hal sekecil daun jatuh saja diatur sama Tuhan, apalagi hal besar semacam pemilihan presiden ini. Gue hanya berharap semoga melalui presiden yang terpilih nanti, Indonesia dapat menjadi negara yang lebih baik.

Terserah pendapat gue di entry ini mau diambil serius atau cuma intermezzo doang. Di sini pun gue berbicara apa adanya, bukan berniat untuk persuade kalian memilih ke salah satu pihak. I just want to share my thoughts on Pilpres 2014. Setelah berminggu-minggu terakhir ini memihak, akhirnya hari ini gue kembali menjadi swing-voter untuk waktu yang sebentar hahaha maunya apa. Yang jelas, gue nggak akan golput. Buat yang baca ini, jangan golput, ya! Gunakan hak suara kita dengan baik. Perubahan itu kan dimulainya dari diri sendiri. Kalau menginginkan perubahan, mari kita mulai dari diri sendiri. Let's vote! YOU DECIDE!

6 July 2014

Caveman Dea is A Caveman

Pengen curhat deh.

Gue tuh punya seasonal bad habit yang dari dulu nggak pernah berubah --temen-temen deket gue, terutama anak kotang, si Zahra, Nydia, dan Cantik udah hafal luar kepala--.

And what kind of seasonal bad habit is it? It's being a caveman. Dalam artian, gue terputus dari dunia luar selama liburan, like a cavemana. Atau lebih jelasnya lagi, males ngecharge gadget atau mengaktifkan paket internet saat dalam masa liburan, hingga mengakibatkan gue terputus dari dunia luar seakan-akan gue sedang berada di dalam gua antah berantah. That kind of habit, I can say.

A bad habit will be just bad kalau ngerugiin diri sendiri. But it will be very bad kalau ngerugiin orang lain juga. And this 'caveman-ing' habit, is very bad. Terbukti dari beberapa teman-teman gue yang harus dibuat kesal minta ampun gara-gara seorang Azadya yang susah sekali dihubungi setiap liburan tiba. Caveman Azadya is a caveman.

Gue udah berkali-kali dimarahin orang banyak gara-gara nggak bisa dihubungin tiap liburan. Tapi gue nggak pernah kapok. Kalo ditanya kenapa gue bisa males ngecharge gadget di saat orang-orang justru nggak bisa lepas dari gadget, well, I don't really have a specific reason. It's just me being lazy. Tipe males orang berbeda-beda kan? I guess this is my type of laziness.

Eh, tapi kalo sedang dalam masa-masa sibuk, seperti masa perkuliahan misalnya, gue rajin ngecharge hape dan tablet. So don't be worried that I will be hard to reach on busy days.

Kemudian muncul pertanyaan, emangnya kenapa kalo lagi liburan? Is it that hard to plug the charger in? No, it's actually not. Gimana ya, susah juga jawabnya. Namanya males, ya.... Males. Hahahahaha ngeselin nggak? I just really have to apologize for this unacceptable bad habit no matter why.

Begini lho, kalau lagi liburan tuh gue lebih sering di rumah. Kegiatan gue terfokus pada kegiatan di rumah. Semacam ngebo di rumah gitu deh. Nonton drama Korea, nonton film Hollywood, baca novel, surfing what interest me, ngobrol sama orang rumah, main sama keponakan gue, dan ya, pokoknya heboh dengan aktivitas yang ada di dalam rumah. I focus on what I do right in front of my face. Karena gue bukan fokus pada dunia luar, maka gadget pun gue biarkan mati kelaparan karena kehabisan baterai. Gue pun akan membiarkannya mati sampai ada trigger yang menggerakkan gue untuk mengisi kelaparannya. And what kind of trigger it has to be? My parents.

Kalau orang tua gue udah mulai nelfonin mbak ART di rumah, there's something wrong with my handphone and tablet. Means, they can't reach me through my numbers. If that so, they will get angry and warn me to recharge my handphone and tablet. That is exactly the moment I will recharge them.

Well, tapi kadang triggernya nggak cuma itu doang. Kadang gue sadar diri, like "Anjrit, udah berapa hari nih gue nggak buka Line atau Whatsapp (kalau zaman dulu BBM)", kemudian ngecharge. Pas dibuka... Yaaa, ada aja gitu ternyata yang nyariin gue wakakakak (((udah optimis nggak ada yang nyariin padahal))). Alhamdulillah yah.

Basically, sebenernya masalahnya bukan pada males ngecharge-nya. The problem is, I stay away from gadgets during holiday. Social media sometimes makes me sick. Jadi kalaupun handphone dan tablet gue udah keisi penuh, tetep aja ada yang marah-marah gara-gara gue susah dihubungin. Yea, it's because I stay away from the gadgets itself.

But, really, social media sometimes makes me sick. It makes you focus on people's life, rather than yours. It makes us live in the world that we make in our social media, not the real one. By using social media, we can manipulate the 'we' that we want. Dunia maya hanyalah sebuah kenyataan yang maya. That's what I don't like from socmeds, although it's fun sometimes.

There's a saying, "We're living in an era where capturing moments using our gadgets is more important than actually living these moments with whoever is beside us". Couldn't agree more. That's why gadget sometimes sucks. The social media, exactly.

Hidup tanpa socmed tuh sebenernya jauh lebih enak. Gue kadang rindu masa-masa gue SD, ketika kita cuma bisa terhubung lewat telpon rumah. The real connection between family and friends lebih terasa. Kalau sekarang, karena udah ada Instagram atau Path, kita secara nggak sadar jadi ngurangin pentingnya bercengkerama secara langsung. The socmeds somehow bikin kita terkoneksi dengan orang-orang di sekeliling kita, tapi nggak sesungguhnya terkoneksi. Yes, we know dia lagi sakit dari fotonya di Path. Tapi apa yang didapat? Hanya emot sedih di fotonya atau GWS (oh hell, this magical three words of this era) di comment-nya. Instead of dijenguk langsung atau diucapin cepat sembuh yang bener-bener ngena by call or chat message.

Tapi terlepas dari alasan di atas, sebagai bagian dari orang yang tumbuh dengan perkembangan teknologi, tidak dibenarkan bagi gue untuk menjauh dari alat komunikasi. ((Lagian sebenernya gue nggak bisa juga sih kelamaan jauh-jauh dari gadget)). Yang bener tuh ngurangin bad effect alias disadvantages-nya, bukan malah menjauh dari sumbernya.

Berawal dari blog entry ini, saya, Azadya Prikhaerannisa bertekad bulat untuk mengurangi kebiasaan buruk saya setiap lagi liburan*.

*Terms and conditions apply. Wkwkwkwkwkwkwkwk.

Di sini, gue ingin mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya atas kebiasaan buruk gue kepada teman-teman yang pernah merasa dirugikan. Gue tidak berjanji tidak akan mengulanginya lagi dalam waktu dekat. Tapi gue akan berusaha.

Anyways, lo pernah ngerasa nggak sih, kalau liburan bikin lo males ngapa-ngapain? Atau cuma gue doang wkwkwk? Kaya kerjaan lo literally tidur, makan, nonton sesuatu. Semacam pelampiasan atas hari-hari sibuk lo, di mana lo kekurangan tidur dan kekurangan hiburan. Gue doang ya? Wkwkwkwkwkwk.

Sebenernya bad habit caveman-ing ini pernah berubah. Gue ralat perkataan gue di atas yang bilang kalau bad habit ini nggak pernah berubah. Once in a while, it changed. A friend of mine once said, "Ada untungnya juga ya lo punya cowok, De. Gampang banget dihubungin", I think that explains everything hahahahahahahaha. But then when I am single, that caveman-ing habit is back. That perks of being taken, #sigh.

Once again... For those who feel aggrieved for my 'caveman-ing' habit, here I sincerely apologize. I will try as hard as I can to throw this bad habit away. Please support me.

Sincerely yours,

Dea.


12 June 2014

Daun Jatuh



Daun jatuh pun sudah diatur oleh Allah SWT. Bagaimana daun itu jatuh, di mana daun itu jatuh, pukul berapa daun itu jatuh, semua sudah ada yang mengatur. Hal sekecil itu saja sudah diatur, bagaimana dengan yang besar? Percaya aja, De.. Allah is preparing great things for you.

29 May 2014

Pengalaman SBMPTN


Lagi mau masukin file Aljabar Linier ke flashdisk lama, lalu terlihatlah file dengan ekstensi .jpg yang berjudul "SBMPTN DEA". Kemudian gue buka, dan semua memori itu terputar kembali. Ya, memori ketika gue masih digantungin sama SNMPTN Undangan, ketika gue harus terpaksa betah di Inten sampe malem, dan ketika gue beserta sesama ITA 3176 lain sering menghabiskan waktu belajar cantik di J.Co Kota Kasablanka (bahkan daftar SBMPTN pun kita minjem wifi di J.Co Kotkas).

Phew, those wonderful times..... Jadi ketawa-ketiwi sendiri kalo diinget-inget lagi.
Well, it's been almost a year since then.

Dulu, pas lagi ngejar-ngejar PTN, gue sering blogwalking nyari pengalaman orang-orang menempuh SBMPTN (atau dulu disebut SNMPTN Tertulis). Kepo aja gitu, gimana rasanya menjalankan ritual horor tahunan bagi calon mahasiswa ini. Sekarang, sebagai orang yang sudah melalui fase itu, gantian gue ingin share pengalaman gue. (Kaya ada yang baca aja, De). So, here we go.

Jadi, dulu itu gue les di Inten Rawamangun. Ngebantu banget sih buat gue les di sini (BUKAN PROMO!). Apalagi buat laskar tertulis kaya gue begini. Tanpa intensif, entah apa kabar nasib SBMPTN gue. Nah, selama intensif banyak banget pengalaman ups and downs yang gue alami. Ada saat di mana gue down gara-gara nggak keterima SNMPTN Undangan--but it didn't take that long. Ada saat di mana gue mau give up aja. Ada saat di mana gue jenuh dan muak dengan segala macam tetek bengek soal IPA itu. Ada saat di mana gue have had enough. Ada saat di mana gue pengen stop di titik itu aja.

Tapi semua nggak bertahan lama. Semua berhasil gue lalui hanya dengan satu mantra: "You can if you think you can".

Mantra ini ampuh banget buat gue. Kalau kita sendiri berpikir kita bisa, maka kemungkinan kita berhasil mencapai goal itu ada. Dengan percaya bahwa kita bisa, diri kita secara simultaneously akan berusaha semampu mungkin supaya bisa. Dengan adanya usaha itu, 50% dari jalan yang kita tempuh telah tercapai. Sisanya tinggal bagaimana Allah mengaturnya. Apakah kita diberi jalan yang lurus, berkelok, atau berkerikil. Sisanya tinggal bagaimana kita berdoa, mempercayakan semua hasil akhirnya pada Allah.

Makanya gue bilang kenapa mantra itu ampuh banget. Dengan mantra itu, gue jadi percaya sama kemampuan gue sendiri. Gue percaya bahwa gue bisa. Kalau bukan gue sendiri yang percaya, siapa lagi? Kalau guenya sendiri aja nggak percaya, gimana orang lain mau percaya sama gue? Pada saat itu orang-orang di sekitar gue percaya kalau gue bisa. Masa' orang lain percaya, guenya sendiri engga?

Seandainya kita sendiri aja ragu-ragu sama diri kita sendiri, itu artinya kita disorientasi arah. Ibaratnya, kita ini selangkah di belakang orang-orang yang percaya sama dirinya sendiri. Without that self-confidence, usaha kita untuk akhirnya dikatakan bisa akan kecil karena udah pesimis duluan. Tanpa berusaha, gimana Allah mau mengabulkan doa kita? Gimana Allah mau mengarahkan kita ke arah goal yang kita ingin capai?

Gue di sini tidak berniat menggurui hehehehe, cuma mau sharing apa yang gue alami saja.

Sebenernya dulu itu gue nggak segitunya PTN-oriented. Bagi gue, yang penting dapet kuliah udah alhamdulillah wkwkwkwkwkwkwk. Seandainya waktu itu gue nggak keterima di semua tes masuk PTN yang gue jalani, gue udah punya dua nama PTS yang akan gue jadikan tempat menuntut ilmu kemudian. Karena bagi gue, kuliah di mana aja sama aja. Semua tergantung kitanya.

Pun sekarang gue akhirnya mengerti. Ini semua bukan tentang gue kuliah di mana, but it's more about hardwork. Sukses bisa dicapai dengan berkuliah di universitas negeri, atau universitas swasta, atau universitas terbuka, atau sekolah tinggi kelembagaan, atau bahkan nggak kuliah sekalipun. Semua bergantung sama kemauan dan kerja keras kita.

Back to the topic, walaupun gue nggak segitunya PTN-oriented, gue tetep menjalani semua tes masuk dengan serius. Kan emang dasarnya dari sananya gue ini orangnya rada-rada ambis, jadinya ya gitudeh. Kalau udah fokus sama satu hal, gue akan kejar hal itu sampe dapet. Kalaupun ngga dapet, gue akan kejar hal lain yang menutupinya. So, gue bela-belain intensif SBMPTN di Inten, berangkat ke Inten hari Sabtu bahkan Minggu, stay di kost-an sampe masa intensif selesai, bahkan rela nggak nonton Indonesia Open 2013 dan Arsenal waktu ke Indonesia. Wkwkwkwk saking parnonya sama yang namanya SBMPTN, jadi gitu deh...

Hari-hari berlalu, akhirnya sampai pada tanggal 18 Juni 2013. Waktu itu gue tes di SMAN 67 Jakarta, deket Halim Perdana Kusumah. Ebused, itu jauh banget yak dari rumah gue. Alhamdulillah, ada Bapak yang setia mendampingi dari hari pertama sampai hari kedua. Gue nggak begitu inget how did I slip off the test, yang gue inget, gue cuma banyak-banyak doa, jawab soal semampu gue, dan tawakal.

Literally:
1. Datang;
2. Kerjakan;
3. Lupakan;
4. Tawakal.

Tapi lepas dari SBMPTN, hati ini belom begitu lega. Masih ada tes SIMAK menanti tanggal 30 Juni dan UM UGM tanggal 7 Juli. Waktu itu gue hanya memutuskan untuk ikut tiga tes masuk PTN, yaitu SBMPTN, SIMAK, dan UM UGM. Temen-temen gue banyak yang daftar tes Undip, Unibraw, bahkan sampai Unair, yang tesnya harus di Surabaya. Tapi gue memilih enggak.

Waktu hari H tes SIMAK, rasa deg-degannya masih kentara. Tapi buat UM UGM, gue udah kebal. Bener-bener nggak ada yang namanya deg-degan, takut, dan sebagainya. Soalnya gue udah kaya capek gitu ngerasain deg-degan. Bahkan H-1 nya gue nemenin nyokap gue belanja hampir seharian di PIM. Wkwkwkwk quality time with mother was more important.

Skip...skip...skip.... Tibalah hari pengumuman.
You may read my blog entry about the announcement.

Singkat cerita, bulan Juli tahun kemarin, dalam sebulan gue dapet empar kabar gembira sekaligus. Alhamdulillah.... Yang pertama dari SBMPTN, yang kedua dari UI, yang ketiga dari UGM, dan yang keempat dari UNPAD. Hampir semua, kecuali UNPAD, menerima gue di pilihan kedua. Awalnya gue rada sedih, tapi gue sadar kalau ini semua petunjuk dari Allah. And I know I gotta go through this. "We may not go to the place where we thought we were going, but we will always go to the place where we were meant to be". So, here is the place I was meant to be, I guess?

Walaupun kadang masih sering pop up in my mind --terutama kalau lagi ngoding--, "Anjrit, gue harusnya nggak kuliah di sini!!!!!" *sambil garuk meja, banting laptop*. Well, gue tetep yakin tempat gue memang di sini. Yaaaa, tetep aja sih ngejalaninnya sambil nangis-nangis hahaha. Tau nggak sih di tugas akhir SDA (aka ngoding) kemarin, gue sampai pada titik give up gue, bahkan kepikiran, "I wish my future husband is doing good today". HAHAHA, I really wish, to be honest. Tapi ada pepatah bilang, "Dont marry rich, be rich". Terus aing kudu apa?

Phew, gue di sini masih satu.. dua.. tiga.. tahun lagi. But I have to enjoy it. Kalau kata kakak gue, "Nikmatin hidup selagi masih belum nikah". Okay, I will, sist.

Buat yang lagi SBMPTN, jangan patah semangat ya! Percaya sama kemampuan diri sendiri! Karena itu kuncinya!!!!! Keep the heads up, Laskar Tertulis!



Me can't wait for my July to come. July has always been AWE-SOME! >.<

10 May 2014

Galau Much?

Ngga, ngga, ngga, ngga. Gue ngga lagi galau kok. Don't misunderstand my last blogpost. Itu hanya sebuah bentuk curahan yang..... tiba-tiba datang dan ingin gue tulis. Alhamdulillah bangeeet, hati gue saat ini sedang tentram menunggu siapapun yang akan datang. #ea. Gue tidak memaksakan kehendak. Gue lagi tawakal. I let my heart feels what it feels.










Mau tahu nggak? 

Sebaik-baiknya kisah cinta anak manusia, adalah kisah cinta Ali dan Fatimah. Cinta dalam diam. Cinta yang selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, maupun ekspresi. Cinta yang ditutup rapat-rapat sebelum saatnya tepat. Cinta yang rela tidak mengikuti hawa nafsu demi menjaga orang yang dicintai. Cinta yang memasrahkan dirinya dalam kerinduan yang bisa saja membludak. Cinta yang tulus, suci, dan dirindu surga.

Subhanallah.

Kisah Ali-Fatimah memang bukan satu-satunya kisah yang bisa bikin gue meneteskan air mata. But their story is definitely my favorite one. Kisah cinta paling inspiratif.

Bayangin coba, Ali dan Fatimah sudah menjadi sahabat karib sejak kecil dan mereka bisa menyimpan perasaannya rapat-rapat hingga setan saja sampai tidak tahu. Ali sebenarnya sudah menyimpan perasaan kepada Fatimah sejak lama. Fatimah pun begitu. Tapi dua-duanya saling nggak tahu...

Sebenernya Fatimah sempet dilamar sama dua orang yang bukan main hebatnya. Ya, Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Tapi emang bener ya, if it's meant to be, then it will be. Fatimah pun menolak lamaran keduanya. Emang dasar jodohnya Ali, maka jadilah Ali suaminya Fatimah. Padahal Ali ngelamarnya cuma pakai baju besi. Subhanallah.

Ada riwayat yang bikin nggak kuku kalau baca kisahnya.
Ketika keduanya sudah menikah, diriwayatkan Fatimah berkata kepada Ali, "Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya". Ali kemudian bertanya mengapa Fatimah tetap mau menikah dengannya. Fatimah pun menjawab, "Pemuda itu adalah dirimu".
MONANG nggak?
PARAH. Unyu maksimum lah. :')

Ternyata pergombalan memang sudah terjadi sejak zaman Nabi ya.

Nah, kesimpulannya apa? Kesimpulannya adalah sebisa mungkin jadikan Ali-Fatimah sebagai tauladan #selfnote #selfreminder. Jangan sampai kegalauan meracuni kita. Karena percayalah, if it's meant to be, it will be. Gue tahu nih, teman-teman gue sebangsa dan setanah air pasti lagi ketawa-ketawa ngebaca blogpost gue yang sok Islami banget ini. Wkwkwkwkwkwk ini bukan pencitraan teman-teman. I'm sharing my new point of view.

Kalo lagi galau, ya wudhu.
Abis itu solat.
Abis itu doa. Curhat deh sama Allah.
Dilengkapi baca Qur'an juga boleh.
Paling pol sih sepertiga malem.

Kemudian rasakan sensasinya.

Abis itu kalau mau dituangkan ke tulisan juga sah-sah aja, hahahaha.

Intinya kalau lagi galau, mintanya sama Allah. Bukan sama orang yang lagi digalauin. Toh yang mengatur manusia itu Allah. Yang memiliki kuasa atas hati anak manusia juga Allah. Percaya aja sama Allah. Karena cuma Allah tempat kita mengadu dan meminta. Allah pasti mendengar. Allah pasti mengabulkan (dengan tiga kemungkinan). Just believe in your Allah.

Oh iya, ada pesan moral dari kisah Ali-Fatimah:

"If you want an Ali, you gotta be a Fatimah".

*PPM memang mengubah gue dari segi sudut pandang. Alhamdulillahirobbilalamin, alhamdulillahi jaza kumullohu khoiro, teman-teman.

6 May 2014

Remain Friends


I've made up my mind
Don't need to think it over
If I'm wrong, I am right
Don't need to look no further,
This ain't lust
I know this is love
But, if I tell the world
I'll never say enough
'cause it was not said to you
And that's exactly what I need to do
If I end up with you

Should I give up,
Or should I just keep chasin' pavements?
Even if it leads nowhere
Or would it be a waste
Even if I knew my place
Should I leave it there
Should I give up,
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere

I build myself up
And fly around in circles
Waitin' as my heart drops
And my back begins to tingle
Finally, could this be it

19 April 2014

Bahagia itu Pilihan

Bahagia tuh bukan ditentukan berdasarkan harta yang kita miliki, gelar yang kita miliki, dan seberapa banyak barang branded yang kita miliki. I just find out, bahagia itu.... Pilihan kita sendiri. Bukan pilihan uang itu, barang branded itu, atau gelar itu.

Nggak peduli lo anak pejabat, anak tukang koran, anak pengusaha, anak pegawai kelurahan, anak tukang ojek, anak pengangguran, gue kasih tau: Lo. Bisa. Bahagia. Gue tekankan, bahagia itu pilihan.
HAHAHAHAHA I sound so sotoy, ya. Maapin deh, yak. Emang saya kebiasaan suka sotoy.

Tapi baca dulu dong.

Jangan langsung ngeklik exit tab gitu.

WKWKWKWK.

Okay. So, at least that's what I learned.

Tau nggak sih, dunia kita itu ya sebenernya kita sendiri yang menciptakannya menjadi seperti apa. Lo bisa bahagia karena lo memilih untuk berbahagia. Lo bisa sedih karena lo memilih untuk bersedih. But..... What I learned sih, it's not that easy to change your sadness into happiness. But actually it's possible. Very possible! Makanya gue bilang bahagia itu pilihan.

Kenapa gue bilang it's not that easy but it's possible? Karena kita selalu memiliki standard yang sudah kita pasang untuk mengukur sebuah kebahagiaan. Ketika lo belum mencapai standard yang sudah lo buat itu, lo tidak akan mencapai kebahagiaan itu. Yang bisa kita lakukan untuk mencapai kebahagiaan artinya adalah, either dengan mencapai standard tersebut ATAU merendahkan/mengubah standard itu. Selama ini kita terlalu sibuk mencapai standard yang telah kita buat sendiri. Padahal ada hal lain yang dapat kita lakukan untuk mencapainya. Ya, merendahkan atau bahkan mengubah standard itu, sehingga kita tidak perlu kerepotan dalam mencapai standard yang aneh-aneh. Turunin aja standard lo sampai pada posisi apa yang dapat kita miliki, bukan pada apa yang harusnya kita miliki. Atau sekalian ubah standard lo menjadi sebuah standard yang diukur dari apa yang lo miliki saat itu.

Sampai sini ngerti nggak maksud gue?

Baru-baru ini temen gue di kelas MPKT A memaparkan fakta mengenai survei terpercaya yang mengatakan bahwa warga Korea Utara adalah orang-orang terbahagia di dunia. Kok bisa? Nah, itu juga pertanyaan yant ada dalam benak gue. Tapi setelah mendapatkan pengalaman berharga, gue akhirnya jadi ngerti sendiri kenapa mereka bisa bahagia. They are happy because they choose to be happy.

Mereka tidak sibuk melihat ke dunia luar. Padahal kalau dilihat dari kacamata orang-orang pada umumnya, tinggal di Korea Utara itu nggak enak! Dikekang, keras, nggak demokratis, nggak bebas. Standar manusia terpaku pada: bahagia itu tinggal di negara maju yang menjunjung tinggi demokrasi. Tetapi North Korean people choose to be happy karena yang mereka miliki bukan standard ala-ala begitu. Nah sampai sini, ngerti kan ya maksud gue?

I'm gonna tell you a short story yang baru-baru ini gue alami. Tapi ini gue jadiin perumpamaan ya, soalnya gue malu kalau harus diceritain terang-terangan di sini, hehehe.

Nah, anggaplah sesosok 'gue' adalah seekor kucing rumahan yang ingin keluar dari rumah majikannya.

"Gue bete deh kalo ngeliat kucing-kucing liar yang suka ngobrolin kesehariannya di atap rumah. Dikira gue nggak tersinggung apa. Tadinya mau gue marahin, "Diem lo pada!!!". Tapi gue urungkan niat gue itu. Entar kalo beneran gue ngomong gitu, gue diajakin berantem lagi. Mane bisa gue berantem. Kerjaan gue cuma makan, tidur, nonton TV, fashion show, sama dengerin curhat tuan putri gue. Nyali gue kecil. Badan gue doang yang gede nih, gara-gara kebanyakan makan. 

Tapi emang gue tuh sering ngiri liat kucing-kucing liar itu. Ditambah lagi ngedengerin keseharian mereka yang ngomongin kucing daerah Pamulang, daerah Kebayoran, daerah Kemang, sampe daerah Menteng segala. Gaul banget, brobro!

Jadi kucing liar itu seru. Mereka itu bebas, punya banyak temen, jago berantem, bisa makan apa aja, punya kenalan banyak, punya geng pula! Gue juga suka ngiri ngeliatin mereka bebas banget boker dan pipis di mana aja. Lah gue?! Gue kalo boker sama pipis harus di kotak ungu-ungu yang udah ditempatin deket tangga itu. Males banget nggak sih, lagi enak-enak nonton TV, terus kalo kebelet boker harus lari dulu ke tangga. Nahan boker dikira gampang apa?! Entar kalo gue bokernya berantakan, gue kena marah :-(

Gue kalo makan, harus makan sereal yang gambarnya muka temen-temen gue. Tidak berperikucingan banget sih. Terus gue diatur-atur banget, suruh makan inilah, itulah, blablablabla. Rese tau nggak. Ada jadwal ke dokter lah, ada jadwal mandi lah, potong kuku lah. Ini kadang gue malah dipakein kain warna warni. Mending kalau gue dipakein kostum Batman biar lebih macho, lah ini kostum Barbie?! Temen-temen tuan putri suka semena-mena banget nganggep gue kucing betina. Dielus-elus, dimanja-manja, seakan-akan gue lemah. Tapi emang gue lemah sih. Keahlian gue cuma tidur..... Sama fashion show...."

Nah, itu tadi sebuah gambaran sudut pandang kucing rumahan. Yeah, life sucks for him. Tapi pasti lain lagi kalau dilihat dari kucing liar. Atau bagaimana jika dilihat dari majikannya? Atau dilihat dari orang awam? Ya jelas, kehidupan si kucing rumahan is like heaven, ya.

Kenapa kira-kira si kucing rumahan bisa berpikir kaya gitu? Jawabannya, karena dia selalu terpaku pada WHAT HE DOESN'T HAVE, bukan pada WHAT HE HAS. Itulah poin gue. Poin kenapa banyak orang nggak bahagia di saat ada alasan untuk bahagia. Standard kebahagiaan si kucing rumahan hanya dipatok dari kebebasan. Padahal dia bisa saja bahagia dengan mengubah standardnya. Inilah standard yang gue bicarakan di awal tadi.

Si kucing rumahan yang membuat dirinya sendiri terkekang atas peraturan tuannya. Padahal kalau mau, dia bisa saja memilih berbahagia atas peraturan-peraturan yang ada. Dia bisa saja bahagia kalau dia berfokus pada apa yang dia miliki, seperti tempat tidur, perawatan rutin, makanan yang tersedia tiap hari, dan sebagainya. Coba dilihat dari sudut pandang kucing liar, kucing liar pasti iri dengan kemewahan dan kemudahan yang dimiliki kucing rumah. Dia memiliki kebebasan dan ketahanan banting yang tinggi, tetapi tidak memiliki kemewahan dan kemudahan. Dapet makanan dari tong sampah aja udah alhamdulillah banget.

Nah, kucing liar pun sebenarnya juga bisa berbahagia. Nggak usahlah saling iri. Once again, focus on what you have! Kucing liar bisa saja bahagia kalau dia berfokus pada apa yang dia miliki, seperti kebebasan untuk boker di mana saja, tempat yang fleksibel, dan ketahanan banting sekelas Iko Uwais.

Seorang anak konglomerat yang super kaya belum tentu bahagia kalau dapet kado baju dari ITC. Dia baru akan bahagia kalau dikasih sepatu Chiara Ferragni yang sudah dia idam-idamkan sejak lama. Kemungkinan tuh baju nongkrong di lemarinya atau dikasih ke tukang kebunnya. Seorang anak pengemis mungkin saja bahagia kalau dapet kado baju dari ITC. Sudah sejak lama dia mengincar baju yang dipajang di mannequin ITC itu. Selama ini dia cuma ngemis-ngemis di depan ITC, ngiler ngeliatin banyak banget orang-orang bawa belanjaan.

Banyak orang tajir di sekeliling gue yang kelihatannya bahagia bisa beli apa aja, tapi di dalamnya justru rapuh karena punya masalah yang nggak kelihatan di raut wajah bahagianya. Dan ternyata banyak pengamen yang kelihatannya menyedihkan, tapi bahagia-bahagia aja karena setiap hari kerjaannya cuma nyanyiin lagu kesukaannya, kemudian dari situ bisa makan kenyang.

Banyak fashionista yang nggak pernah nemuin titik bahagia karena selalu ada aja pakaian atau accessories yang belum kebeli, tapi ada aja orang yang bahagia hanya dengan beberapa kaos andalan dan satu-satunya jeans belel.

Banyak orang di luar sana yang merasa kekurangan di saat mereka berlebihan.

Sayang sekali.
Masih terlalu banyak manusia yang terpaku pada sebuah standard yang kemudian menyulitkannya untuk mencapai kata bahagia. Terlalu sibuk memikirkan what we don't have, rather than what we have. Terlalu sibuk mengejar what we don't have, rather than mensyukuri what we have. Teralu sibuk fokus pada what we don't have, rather than what we have.

Bahagia itu sederhana. Sesederhana Rumah Makan Padang, sesederhana gang Bahagia deket rumah gue, dan sesederhana lagunya Pharrel William. "Because I'm happy, clap along if you feel like happiness is the truth".

Ada quote bagus dari Fraud Clauss (2007):

"The world is what you make it. It all starts with what you make of yourself."

18 April 2014

Dear Jakartans

Gila, kasus di Jakarta makin aneh-aneh aja, ya. Dimulai dari kasus pembunuhan duo partner in crime (literally) PsycoPath yang masih amat muda itu. Kemudian kasus pelecehan seksual yang menimpa seorang bocah umur lima tahun di sekolahnya, sekolah bertaraf internasional yang nggak sembarangan orang bisa sekolah di situ. Dan yang terbaru, kasus Dinda yang heboh di sosial media.gara-gara omelannya terhadap ibu hamil yang meminta tempat duduk kepadanya di Commuter Line.

Jakartans are getting nuts.

Di sini, gue sebagai pengguna setia angkutan umum, ingin turut berkomentar dalam kasus Dinda. Sebenernya gue juga ingin berkomentar mengenai kasus pelecehan seksual, tetapi yang keluar nanti hanya segala macam f-words dan kebun binatang. Jijik banget gue liat muka pelakunya. What are they thinking? What's in their heads? Ugh, cukup. Nanti semua f-words dan kebun binatang beneran keluar semua.

Nah, ini dia status Path seorang Dinda yang menghebohkan dunia sosial media.



Dinda akhirnya meminta maaf atas komen pedasnya di Path.
Btw, jahat juga ya temennya Dinda yang screen shot status Path-nya itu sampai bisa tersebar ke seluruh sosial media. Hahahaha.

Sebenernya kasus Dinda ini bisa dilihat dari dua sisi. Dari sisi Dinda, sebagai pengguna KRL yang kursi-oriented, mungkin hal ini dapat dipahami. "Gue udah bela-belain dapet tempat duduk, terus baru sebentar duduk, gue harus ngasih tempat duduk ini ke orang lain? No way. Sia-sia perjuangan gue ngedapetin tempat duduk ini", begitulah kira-kira pemikiran dia dari yang gue tangkap. Orang-orang kursi-oriented ini banyak lho, buktinya ada teman-teman Dinda yang sependapat dan justru pro dengan komentar pedas Dinda. Perlu diketahui, pengguna angkutan umum, terutama angkutan umum semacam kereta dan bis, terdiri atas beberapa tipe. Nah, salah satunya itu ya tipe Dinda dan kawan-kawannya itu, kursi-oriented. Tipe-tipe ini dapat gue identifikasi berdasarkan observasi gue selama bertahun-tahun jadi pengguna setia busway dan sembilan bulan jadi pengguna setia Commuter Line. Wkwkwkwk.

Mungkin nanti, kalau ada waktu, gue akan menulis beberapa tipe pengguna KRL dari kacamata gue. Muahahaha, ini seru sekali bung. Iya, ngomongin tipe-tipe pengguna KRL itu seru. Tapi nanti aja deh ya. Sekarang gue mau komentar dulu soal kasus Dinda ini.

Nah, itu tadi dari sisi Dinda. Kalau dari sisi ibu hamil, ya ini tidak bisa dipahami. Wong kita memang jadi prioritas di antara ratusan pengguna KRL ini. Lagian, keberadaban manusia masih ada kan di Jakarta?!!!!

Kita harus melihat sesuatu dari berbagai sisi. Nggak boleh egois. Manusia diciptakan dengan akal dan perasaan pasti ada tujuannya. Jadi, buat mbak Dinda dan Dinda-Dinda lainnya, please perdalam lagi rasa empatinya. Semua manusia diberi kemampuan berempati kok. Tinggal bagaimana kita mengasah kemampuan itu.

Semoga kasus ini bisa membuka mata, hati, dan telinga para kursi-oriented yang ada di Jakarta, atau bahkan di Indonesia. Karena, gue akui, orang-orang dengan kursi-oriented itu BANYAK. Ini berdasarkan pengalaman gue sendiri sebagai pengguna setia busway, patas AC, dan KRL. Gue kadang suka sebel ngeliat orang-orang cuek ngeliat nenek-nenek atau kakek-kakek berdiri, nggak dapet tempat duduk. Kejadian seperti ini sering terjadi. SERING, gue ulangi. Aduh, di mana sih hati orang-orang Jakarta ini? Saking sibuk ngasah otak buat cari duit, hatinya udah nggak diasah lagi?

Gue sendiri suka heran. Apa sih yang ada di pikiran mereka? Di mana kemampuan berempatinya?

Pernah ada suatu kejadian di Commuter Line yang bikin gue kesel sejadi-jadinya. Jadi, waktu itu, berjarak 1 km dari gue ada seorang nenek-nenek yang nggak kebagian tempat duduk. Awalnya gue ngediemin aja, karena tuh nenek-nenek jauh jaraknya dari gue. Seharusnya yang ada di deket dia dong, yang ngasih tempat duduk? Tapi, gue tunggu lima menit, tuh nenek-nenek masih aja berdiri. Nggak ada satu pun yang ngasih tempat duduk. Gue gemes sendiri ngeliatnya. HELLO, WHAT ARE YOU THINKING KURSI-ORIENTED PEOPLE?

Abis itu gue berdiri, gue langsung lari mendekati nenek itu (biar orang-orang tahu tempat duduk yang gue tinggalin itu buat nenek ini), terus gue colek nenek itu, "Bu, duduk di sini,", sambil menunjuk tempat duduk gue. Eh, pas gue nengok ke tempat duduk gue, MBAK-MBAK NGEDUDUKIN TEMPAT DUDUK ITU!!!!!!!! !#$%&@(*(). SAKIT HATI. Dafuq. "Lo liat nggak woy ada nenek-nenek yang daritadi berdiri dicuekin!!!!!!". Astaghfirulloh, kesel banget gue ngeliatnya. Gue nggak rela ya berdiri cuma demi ngasih duduk ke mbak-mbak itu. Lebih ngeselin lagi, orang-orang nggak ada yang memperingatkan mbak itu. Gue kan jadi merasa bersalah, gara-gara PHP sama neneknya. Alhamdulillah, nggak lama setelah kejadian itu, ada orang yang memang pengen turun sehingga nenek itu akhirnya mendapatkan tempat duduk. Still, walaupun tuh nenek akhirnya duduk, tetep aja gue jadi kesel gara-gara tempat duduk yang gue kasih bukan diduduki oleh orang yang lebih berhak dari gue. Mukanya nggak ada merasa bersalah sama sekali lagi. Hhhhhh, gue masih emosi sendiri kalau nginget-nginget itu lagi.

Ini baru satu kejadian dari sekian kejadian menyayangkan yang gue alami. Tapi yang barusan gue ceritain itu yang paling bikin gue kesel sendiri. Ya, sebenernya nggak semua pengguna KRL keras hati juga. Ada ajaaa pengguna yang bikin hati gue adem sendiri ngeliatnya. Tapi kalau gue perhatikan ya, pengguna KRL lebih kejam dari pengguna busway. Mungkin karena jarak tempuh KRL lebih panjang kali ya daripada busway.

Pernah suatu ketika, pas gue naik busway di Kuningan, gue dikasih tempat duduk sama cowok. Did I look that old? HAHAHAHA. Jadi waktu itu ceritanya gue naik di bagian belakang busway (yang laki-laki dan perempuan digabung itu), terus dari semua yang berdiri, gue doang yang cewek. Dan ternyata masih ada mas-mas yang malu sendiri ngeliat cewek berdiri, sedangkan dia duduk. Ya ampun, alhamdulillah ternyata orang-orang seperti itu masih ada di Jakarta.

Sekali lagi, semoga kasus Dinda ini menyadarkan para kursi-oriented yang ada di Jakarta. Sebenernya semua orang punya sisi kursi-oriented. Gue sendiri sebenernya ada sisi kursi-oriented nya juga. Siapa sih, yang nggak mau kebagian tempat duduk di kereta? Tapi, pintarlah-pintarlah dalam mengelola emosi. Kita dikasih hati supaya bisa memiliki kemampuan berempati. Sudah diberi kemampuan berlebih dibanding mahkluk lain, masa' nggak digunakan dengan baik?

Dear Jakartans, cuma mau pesen, jangan cuma otak doang yang diasah, hati juga. #selfreminderjuga



6 April 2014

Top and Best

Lagi suka banget sama Best Day of My Life-nya American Authors & On Top of The World-nya Imagine Dragons. Sukaaaaaaa banget! Musiknya ngebeat, bikin semangat. These songs give me some spirits to enjoy life. Kalau lagi suntuk, bete, sedih, stress, pusink, enek sama hidup, coba deh dengerin dua lagu ini. Bisa ngilangin stress dan semangat, menyadarkan kita bahwa... We can be the top of the world and make everyday as the best day of our life!

"I had a dream so big and loud 
I jumped so high I touched the clouds 
Wo-o-o-o-o-oh [x2]
I stretched my hands out to the sky 
We danced with monsters through the night 
Wo-o-o-o-o-oh [x2]

I'm never gonna look back 
Woah, never gonna give it up 
No, please don't wake me now"


Best Day of My Life - American Authors


"Cause I’m on top of the world, ‘ay
I’m on top of the world, ‘ay
Waiting on this for a while now
Paying my dues to the dirt
I’ve been waiting to smile, ‘ay
Been holding it in for a while, ‘ay
Take you with me if I can
Been dreaming of this since a child
I’m on top of the world.

I’ve tried to cut these corners
Try to take the easy way out
I kept on falling short of something

I coulda gave up then but
Then again I couldn’t have ’cause
I’ve traveled all this way for something"

On Top of The World - Imagine Dragons