6 July 2014

Caveman Dea is A Caveman

Pengen curhat deh.

Gue tuh punya seasonal bad habit yang dari dulu nggak pernah berubah --temen-temen deket gue, terutama anak kotang, si Zahra, Nydia, dan Cantik udah hafal luar kepala--.

And what kind of seasonal bad habit is it? It's being a caveman. Dalam artian, gue terputus dari dunia luar selama liburan, like a cavemana. Atau lebih jelasnya lagi, males ngecharge gadget atau mengaktifkan paket internet saat dalam masa liburan, hingga mengakibatkan gue terputus dari dunia luar seakan-akan gue sedang berada di dalam gua antah berantah. That kind of habit, I can say.

A bad habit will be just bad kalau ngerugiin diri sendiri. But it will be very bad kalau ngerugiin orang lain juga. And this 'caveman-ing' habit, is very bad. Terbukti dari beberapa teman-teman gue yang harus dibuat kesal minta ampun gara-gara seorang Azadya yang susah sekali dihubungi setiap liburan tiba. Caveman Azadya is a caveman.

Gue udah berkali-kali dimarahin orang banyak gara-gara nggak bisa dihubungin tiap liburan. Tapi gue nggak pernah kapok. Kalo ditanya kenapa gue bisa males ngecharge gadget di saat orang-orang justru nggak bisa lepas dari gadget, well, I don't really have a specific reason. It's just me being lazy. Tipe males orang berbeda-beda kan? I guess this is my type of laziness.

Eh, tapi kalo sedang dalam masa-masa sibuk, seperti masa perkuliahan misalnya, gue rajin ngecharge hape dan tablet. So don't be worried that I will be hard to reach on busy days.

Kemudian muncul pertanyaan, emangnya kenapa kalo lagi liburan? Is it that hard to plug the charger in? No, it's actually not. Gimana ya, susah juga jawabnya. Namanya males, ya.... Males. Hahahahaha ngeselin nggak? I just really have to apologize for this unacceptable bad habit no matter why.

Begini lho, kalau lagi liburan tuh gue lebih sering di rumah. Kegiatan gue terfokus pada kegiatan di rumah. Semacam ngebo di rumah gitu deh. Nonton drama Korea, nonton film Hollywood, baca novel, surfing what interest me, ngobrol sama orang rumah, main sama keponakan gue, dan ya, pokoknya heboh dengan aktivitas yang ada di dalam rumah. I focus on what I do right in front of my face. Karena gue bukan fokus pada dunia luar, maka gadget pun gue biarkan mati kelaparan karena kehabisan baterai. Gue pun akan membiarkannya mati sampai ada trigger yang menggerakkan gue untuk mengisi kelaparannya. And what kind of trigger it has to be? My parents.

Kalau orang tua gue udah mulai nelfonin mbak ART di rumah, there's something wrong with my handphone and tablet. Means, they can't reach me through my numbers. If that so, they will get angry and warn me to recharge my handphone and tablet. That is exactly the moment I will recharge them.

Well, tapi kadang triggernya nggak cuma itu doang. Kadang gue sadar diri, like "Anjrit, udah berapa hari nih gue nggak buka Line atau Whatsapp (kalau zaman dulu BBM)", kemudian ngecharge. Pas dibuka... Yaaa, ada aja gitu ternyata yang nyariin gue wakakakak (((udah optimis nggak ada yang nyariin padahal))). Alhamdulillah yah.

Basically, sebenernya masalahnya bukan pada males ngecharge-nya. The problem is, I stay away from gadgets during holiday. Social media sometimes makes me sick. Jadi kalaupun handphone dan tablet gue udah keisi penuh, tetep aja ada yang marah-marah gara-gara gue susah dihubungin. Yea, it's because I stay away from the gadgets itself.

But, really, social media sometimes makes me sick. It makes you focus on people's life, rather than yours. It makes us live in the world that we make in our social media, not the real one. By using social media, we can manipulate the 'we' that we want. Dunia maya hanyalah sebuah kenyataan yang maya. That's what I don't like from socmeds, although it's fun sometimes.

There's a saying, "We're living in an era where capturing moments using our gadgets is more important than actually living these moments with whoever is beside us". Couldn't agree more. That's why gadget sometimes sucks. The social media, exactly.

Hidup tanpa socmed tuh sebenernya jauh lebih enak. Gue kadang rindu masa-masa gue SD, ketika kita cuma bisa terhubung lewat telpon rumah. The real connection between family and friends lebih terasa. Kalau sekarang, karena udah ada Instagram atau Path, kita secara nggak sadar jadi ngurangin pentingnya bercengkerama secara langsung. The socmeds somehow bikin kita terkoneksi dengan orang-orang di sekeliling kita, tapi nggak sesungguhnya terkoneksi. Yes, we know dia lagi sakit dari fotonya di Path. Tapi apa yang didapat? Hanya emot sedih di fotonya atau GWS (oh hell, this magical three words of this era) di comment-nya. Instead of dijenguk langsung atau diucapin cepat sembuh yang bener-bener ngena by call or chat message.

Tapi terlepas dari alasan di atas, sebagai bagian dari orang yang tumbuh dengan perkembangan teknologi, tidak dibenarkan bagi gue untuk menjauh dari alat komunikasi. ((Lagian sebenernya gue nggak bisa juga sih kelamaan jauh-jauh dari gadget)). Yang bener tuh ngurangin bad effect alias disadvantages-nya, bukan malah menjauh dari sumbernya.

Berawal dari blog entry ini, saya, Azadya Prikhaerannisa bertekad bulat untuk mengurangi kebiasaan buruk saya setiap lagi liburan*.

*Terms and conditions apply. Wkwkwkwkwkwkwkwk.

Di sini, gue ingin mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya atas kebiasaan buruk gue kepada teman-teman yang pernah merasa dirugikan. Gue tidak berjanji tidak akan mengulanginya lagi dalam waktu dekat. Tapi gue akan berusaha.

Anyways, lo pernah ngerasa nggak sih, kalau liburan bikin lo males ngapa-ngapain? Atau cuma gue doang wkwkwk? Kaya kerjaan lo literally tidur, makan, nonton sesuatu. Semacam pelampiasan atas hari-hari sibuk lo, di mana lo kekurangan tidur dan kekurangan hiburan. Gue doang ya? Wkwkwkwkwkwk.

Sebenernya bad habit caveman-ing ini pernah berubah. Gue ralat perkataan gue di atas yang bilang kalau bad habit ini nggak pernah berubah. Once in a while, it changed. A friend of mine once said, "Ada untungnya juga ya lo punya cowok, De. Gampang banget dihubungin", I think that explains everything hahahahahahahaha. But then when I am single, that caveman-ing habit is back. That perks of being taken, #sigh.

Once again... For those who feel aggrieved for my 'caveman-ing' habit, here I sincerely apologize. I will try as hard as I can to throw this bad habit away. Please support me.

Sincerely yours,

Dea.


No comments:

Post a Comment