29 May 2014

Pengalaman SBMPTN


Lagi mau masukin file Aljabar Linier ke flashdisk lama, lalu terlihatlah file dengan ekstensi .jpg yang berjudul "SBMPTN DEA". Kemudian gue buka, dan semua memori itu terputar kembali. Ya, memori ketika gue masih digantungin sama SNMPTN Undangan, ketika gue harus terpaksa betah di Inten sampe malem, dan ketika gue beserta sesama ITA 3176 lain sering menghabiskan waktu belajar cantik di J.Co Kota Kasablanka (bahkan daftar SBMPTN pun kita minjem wifi di J.Co Kotkas).

Phew, those wonderful times..... Jadi ketawa-ketiwi sendiri kalo diinget-inget lagi.
Well, it's been almost a year since then.

Dulu, pas lagi ngejar-ngejar PTN, gue sering blogwalking nyari pengalaman orang-orang menempuh SBMPTN (atau dulu disebut SNMPTN Tertulis). Kepo aja gitu, gimana rasanya menjalankan ritual horor tahunan bagi calon mahasiswa ini. Sekarang, sebagai orang yang sudah melalui fase itu, gantian gue ingin share pengalaman gue. (Kaya ada yang baca aja, De). So, here we go.

Jadi, dulu itu gue les di Inten Rawamangun. Ngebantu banget sih buat gue les di sini (BUKAN PROMO!). Apalagi buat laskar tertulis kaya gue begini. Tanpa intensif, entah apa kabar nasib SBMPTN gue. Nah, selama intensif banyak banget pengalaman ups and downs yang gue alami. Ada saat di mana gue down gara-gara nggak keterima SNMPTN Undangan--but it didn't take that long. Ada saat di mana gue mau give up aja. Ada saat di mana gue jenuh dan muak dengan segala macam tetek bengek soal IPA itu. Ada saat di mana gue have had enough. Ada saat di mana gue pengen stop di titik itu aja.

Tapi semua nggak bertahan lama. Semua berhasil gue lalui hanya dengan satu mantra: "You can if you think you can".

Mantra ini ampuh banget buat gue. Kalau kita sendiri berpikir kita bisa, maka kemungkinan kita berhasil mencapai goal itu ada. Dengan percaya bahwa kita bisa, diri kita secara simultaneously akan berusaha semampu mungkin supaya bisa. Dengan adanya usaha itu, 50% dari jalan yang kita tempuh telah tercapai. Sisanya tinggal bagaimana Allah mengaturnya. Apakah kita diberi jalan yang lurus, berkelok, atau berkerikil. Sisanya tinggal bagaimana kita berdoa, mempercayakan semua hasil akhirnya pada Allah.

Makanya gue bilang kenapa mantra itu ampuh banget. Dengan mantra itu, gue jadi percaya sama kemampuan gue sendiri. Gue percaya bahwa gue bisa. Kalau bukan gue sendiri yang percaya, siapa lagi? Kalau guenya sendiri aja nggak percaya, gimana orang lain mau percaya sama gue? Pada saat itu orang-orang di sekitar gue percaya kalau gue bisa. Masa' orang lain percaya, guenya sendiri engga?

Seandainya kita sendiri aja ragu-ragu sama diri kita sendiri, itu artinya kita disorientasi arah. Ibaratnya, kita ini selangkah di belakang orang-orang yang percaya sama dirinya sendiri. Without that self-confidence, usaha kita untuk akhirnya dikatakan bisa akan kecil karena udah pesimis duluan. Tanpa berusaha, gimana Allah mau mengabulkan doa kita? Gimana Allah mau mengarahkan kita ke arah goal yang kita ingin capai?

Gue di sini tidak berniat menggurui hehehehe, cuma mau sharing apa yang gue alami saja.

Sebenernya dulu itu gue nggak segitunya PTN-oriented. Bagi gue, yang penting dapet kuliah udah alhamdulillah wkwkwkwkwkwkwk. Seandainya waktu itu gue nggak keterima di semua tes masuk PTN yang gue jalani, gue udah punya dua nama PTS yang akan gue jadikan tempat menuntut ilmu kemudian. Karena bagi gue, kuliah di mana aja sama aja. Semua tergantung kitanya.

Pun sekarang gue akhirnya mengerti. Ini semua bukan tentang gue kuliah di mana, but it's more about hardwork. Sukses bisa dicapai dengan berkuliah di universitas negeri, atau universitas swasta, atau universitas terbuka, atau sekolah tinggi kelembagaan, atau bahkan nggak kuliah sekalipun. Semua bergantung sama kemauan dan kerja keras kita.

Back to the topic, walaupun gue nggak segitunya PTN-oriented, gue tetep menjalani semua tes masuk dengan serius. Kan emang dasarnya dari sananya gue ini orangnya rada-rada ambis, jadinya ya gitudeh. Kalau udah fokus sama satu hal, gue akan kejar hal itu sampe dapet. Kalaupun ngga dapet, gue akan kejar hal lain yang menutupinya. So, gue bela-belain intensif SBMPTN di Inten, berangkat ke Inten hari Sabtu bahkan Minggu, stay di kost-an sampe masa intensif selesai, bahkan rela nggak nonton Indonesia Open 2013 dan Arsenal waktu ke Indonesia. Wkwkwkwk saking parnonya sama yang namanya SBMPTN, jadi gitu deh...

Hari-hari berlalu, akhirnya sampai pada tanggal 18 Juni 2013. Waktu itu gue tes di SMAN 67 Jakarta, deket Halim Perdana Kusumah. Ebused, itu jauh banget yak dari rumah gue. Alhamdulillah, ada Bapak yang setia mendampingi dari hari pertama sampai hari kedua. Gue nggak begitu inget how did I slip off the test, yang gue inget, gue cuma banyak-banyak doa, jawab soal semampu gue, dan tawakal.

Literally:
1. Datang;
2. Kerjakan;
3. Lupakan;
4. Tawakal.

Tapi lepas dari SBMPTN, hati ini belom begitu lega. Masih ada tes SIMAK menanti tanggal 30 Juni dan UM UGM tanggal 7 Juli. Waktu itu gue hanya memutuskan untuk ikut tiga tes masuk PTN, yaitu SBMPTN, SIMAK, dan UM UGM. Temen-temen gue banyak yang daftar tes Undip, Unibraw, bahkan sampai Unair, yang tesnya harus di Surabaya. Tapi gue memilih enggak.

Waktu hari H tes SIMAK, rasa deg-degannya masih kentara. Tapi buat UM UGM, gue udah kebal. Bener-bener nggak ada yang namanya deg-degan, takut, dan sebagainya. Soalnya gue udah kaya capek gitu ngerasain deg-degan. Bahkan H-1 nya gue nemenin nyokap gue belanja hampir seharian di PIM. Wkwkwkwk quality time with mother was more important.

Skip...skip...skip.... Tibalah hari pengumuman.
You may read my blog entry about the announcement.

Singkat cerita, bulan Juli tahun kemarin, dalam sebulan gue dapet empar kabar gembira sekaligus. Alhamdulillah.... Yang pertama dari SBMPTN, yang kedua dari UI, yang ketiga dari UGM, dan yang keempat dari UNPAD. Hampir semua, kecuali UNPAD, menerima gue di pilihan kedua. Awalnya gue rada sedih, tapi gue sadar kalau ini semua petunjuk dari Allah. And I know I gotta go through this. "We may not go to the place where we thought we were going, but we will always go to the place where we were meant to be". So, here is the place I was meant to be, I guess?

Walaupun kadang masih sering pop up in my mind --terutama kalau lagi ngoding--, "Anjrit, gue harusnya nggak kuliah di sini!!!!!" *sambil garuk meja, banting laptop*. Well, gue tetep yakin tempat gue memang di sini. Yaaaa, tetep aja sih ngejalaninnya sambil nangis-nangis hahaha. Tau nggak sih di tugas akhir SDA (aka ngoding) kemarin, gue sampai pada titik give up gue, bahkan kepikiran, "I wish my future husband is doing good today". HAHAHA, I really wish, to be honest. Tapi ada pepatah bilang, "Dont marry rich, be rich". Terus aing kudu apa?

Phew, gue di sini masih satu.. dua.. tiga.. tahun lagi. But I have to enjoy it. Kalau kata kakak gue, "Nikmatin hidup selagi masih belum nikah". Okay, I will, sist.

Buat yang lagi SBMPTN, jangan patah semangat ya! Percaya sama kemampuan diri sendiri! Karena itu kuncinya!!!!! Keep the heads up, Laskar Tertulis!



Me can't wait for my July to come. July has always been AWE-SOME! >.<

10 May 2014

Galau Much?

Ngga, ngga, ngga, ngga. Gue ngga lagi galau kok. Don't misunderstand my last blogpost. Itu hanya sebuah bentuk curahan yang..... tiba-tiba datang dan ingin gue tulis. Alhamdulillah bangeeet, hati gue saat ini sedang tentram menunggu siapapun yang akan datang. #ea. Gue tidak memaksakan kehendak. Gue lagi tawakal. I let my heart feels what it feels.










Mau tahu nggak? 

Sebaik-baiknya kisah cinta anak manusia, adalah kisah cinta Ali dan Fatimah. Cinta dalam diam. Cinta yang selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, maupun ekspresi. Cinta yang ditutup rapat-rapat sebelum saatnya tepat. Cinta yang rela tidak mengikuti hawa nafsu demi menjaga orang yang dicintai. Cinta yang memasrahkan dirinya dalam kerinduan yang bisa saja membludak. Cinta yang tulus, suci, dan dirindu surga.

Subhanallah.

Kisah Ali-Fatimah memang bukan satu-satunya kisah yang bisa bikin gue meneteskan air mata. But their story is definitely my favorite one. Kisah cinta paling inspiratif.

Bayangin coba, Ali dan Fatimah sudah menjadi sahabat karib sejak kecil dan mereka bisa menyimpan perasaannya rapat-rapat hingga setan saja sampai tidak tahu. Ali sebenarnya sudah menyimpan perasaan kepada Fatimah sejak lama. Fatimah pun begitu. Tapi dua-duanya saling nggak tahu...

Sebenernya Fatimah sempet dilamar sama dua orang yang bukan main hebatnya. Ya, Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Tapi emang bener ya, if it's meant to be, then it will be. Fatimah pun menolak lamaran keduanya. Emang dasar jodohnya Ali, maka jadilah Ali suaminya Fatimah. Padahal Ali ngelamarnya cuma pakai baju besi. Subhanallah.

Ada riwayat yang bikin nggak kuku kalau baca kisahnya.
Ketika keduanya sudah menikah, diriwayatkan Fatimah berkata kepada Ali, "Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya". Ali kemudian bertanya mengapa Fatimah tetap mau menikah dengannya. Fatimah pun menjawab, "Pemuda itu adalah dirimu".
MONANG nggak?
PARAH. Unyu maksimum lah. :')

Ternyata pergombalan memang sudah terjadi sejak zaman Nabi ya.

Nah, kesimpulannya apa? Kesimpulannya adalah sebisa mungkin jadikan Ali-Fatimah sebagai tauladan #selfnote #selfreminder. Jangan sampai kegalauan meracuni kita. Karena percayalah, if it's meant to be, it will be. Gue tahu nih, teman-teman gue sebangsa dan setanah air pasti lagi ketawa-ketawa ngebaca blogpost gue yang sok Islami banget ini. Wkwkwkwkwkwk ini bukan pencitraan teman-teman. I'm sharing my new point of view.

Kalo lagi galau, ya wudhu.
Abis itu solat.
Abis itu doa. Curhat deh sama Allah.
Dilengkapi baca Qur'an juga boleh.
Paling pol sih sepertiga malem.

Kemudian rasakan sensasinya.

Abis itu kalau mau dituangkan ke tulisan juga sah-sah aja, hahahaha.

Intinya kalau lagi galau, mintanya sama Allah. Bukan sama orang yang lagi digalauin. Toh yang mengatur manusia itu Allah. Yang memiliki kuasa atas hati anak manusia juga Allah. Percaya aja sama Allah. Karena cuma Allah tempat kita mengadu dan meminta. Allah pasti mendengar. Allah pasti mengabulkan (dengan tiga kemungkinan). Just believe in your Allah.

Oh iya, ada pesan moral dari kisah Ali-Fatimah:

"If you want an Ali, you gotta be a Fatimah".

*PPM memang mengubah gue dari segi sudut pandang. Alhamdulillahirobbilalamin, alhamdulillahi jaza kumullohu khoiro, teman-teman.

6 May 2014

Remain Friends


I've made up my mind
Don't need to think it over
If I'm wrong, I am right
Don't need to look no further,
This ain't lust
I know this is love
But, if I tell the world
I'll never say enough
'cause it was not said to you
And that's exactly what I need to do
If I end up with you

Should I give up,
Or should I just keep chasin' pavements?
Even if it leads nowhere
Or would it be a waste
Even if I knew my place
Should I leave it there
Should I give up,
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere

I build myself up
And fly around in circles
Waitin' as my heart drops
And my back begins to tingle
Finally, could this be it